Jakarta, CNN Indonesia –
Fethula Gülen, salah satu ulama paling terkemuka di Turki dan perwakilan oposisi Presiden Recep Tayyip Erdoğan, meninggal pada Minggu (20:10 waktu setempat) di Amerika Serikat.
Erdogan, yang digambarkan sebagai musuh bebuyutan, mengatakan dia akan terus memburu pengikut Gulen meskipun ulama dan aktivis tersebut telah meninggal.
Erdogan masih menyebutnya sebagai salah satu pengkhianat Turki.
“Para pengkhianat berusaha melarikan diri dari istana Turki berkat orang-orang yang melindungi mereka. Mereka melarikan diri tanpa bertanggung jawab atas darah para syuhada,” kata Erdogan di televisi Turki, dikutip New Arab.
“Namun, mereka tidak akan bisa lepas dari penghakiman Tuhan,” tambahnya.
Dulunya merupakan sekutu dekat Erdogan, Gulen kini menjadi musuh bebuyutannya.
Erdogan pernah menuduh Gulen pada tahun 2016. sang “dalang” kudeta terhadap dirinya melalui organisasi Hizmet yang berhasil ditumpas.
Saat itu, Erdogan mengklaim bahwa Gulen dan Hizmet bertanggung jawab atas upaya kudeta terhadapnya. Erdogan juga menyebut organisasi tersebut sebagai “kanker” yang mengganggu stabilitas politik di Turki saat itu.
Pada tahun 2016, sekitar 250 orang dilaporkan tewas dalam upaya pembunuhan terhadap Erdogan sebagai presiden Turki. Selain itu, upaya kudeta ini juga menimbulkan kerusuhan di seluruh Turki.
Setelah kudeta yang gagal, pemerintah Turki membubarkan organisasi Hizmet pimpinan Gulen. Selain itu, ratusan sekolah, media, dan tempat usaha yang dicurigai memiliki hubungan dengan organisasi tersebut ditutup.
Meski dituduh terlibat, Gulen membantah mendalangi kudeta tahun 2016. kudeta terhadap presiden Turki. Ia menilai tudingan tersebut merupakan tudingan tak berdasar yang mencederai harkat dan martabat dirinya.
Selain itu, Gulen juga mengecam keras upaya kudeta tersebut. “Sebagai seseorang yang telah melalui berbagai kudeta militer selama lima dekade terakhir, sungguh terhina jika dituduh terlibat dalam upaya tersebut,” kata Gulen seperti dikutip The Strait Times.
Gulen sendiri sudah lama mendapat perawatan di Amerika. Namun, dia menolak kembali ke Turki setelah menghindari penyelidikan pemerintah pada tahun 2016. kudeta (bac/bac).