Jakarta, CNN Indonesia —
Empat perwira (Pamen) TNI dan Polri akan mendampingi Presiden Prabowo Subianto sebagai pembantu pendamping pada masa jabatan 2024-2029.
Empat perwira yang diperkirakan akan disetujui menjadi wakil presiden adalah Kombes Ahrie Sonta dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kolonel Inf Wahyo Yuniartoto dari TNI Angkatan Darat, dan Kolonel Pnb Anton Palaguna dari TNI Angkatan Udara dan Letkol Laut (P ) Romi Habe Putra dari TNI Angkatan Laut.
Berikut fun-eastern.com rangkum profil empat ajudan baru Presiden Prabowo: 1. Kolonel Pnb Anton Pallaguna
Anton merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara pada tahun 2000 dan merupakan anggota Komando Angkatan Udara khususnya Penerbangan Tempur. Ia memulai karirnya sebagai pilot F-16 di Skuadron Udara 3.
Ia kemudian dipindahkan ke awak pesawat Sukhoi 27/30 di Skadron Udara 11. Anton pun tercatat kerap terlibat dalam operasi udara gabungan TNI.
Selama ikut serta dalam operasi pertahanan udara, Anton juga beberapa kali berhasil memaksa pesawat asing yang melanggar wilayah negara untuk melakukan pendaratan darurat.
Sepanjang karirnya, Anton banyak meraih penghargaan, mulai dari penghargaan Trisakti Viratama AAU pada tahun 1998, 1999, 2000 dan penghargaan lulusan terbaik sekolah pilot A-64 TNI AU pada tahun 2002. Kembali untuk itu, ia juga meraih Penghargaan Satra Wiratama Sekkau Terbaik Angkatan 88 pada tahun 2010.
Anton juga menerima Liocik Sniper Award dari Angkatan Udara Rusia pada tahun 2014. Selain itu, ia menerima penghargaan “Well Done Award” dari KSAU atas penyelamatan pesawat Su-30 MK2 TS-3009 yang mesinnya meledak di udara akibat kerusakan faktor eksternal. . .2. Kolonel Inf Wahyo Yuniartoto
Wahyo yang lahir pada tahun 1979 ini merupakan lulusan Akademi Militer pada tahun 2001. Memulai karirnya sebagai Pusat Senjata (Pussenif) pada tahun 2001.
Dua tahun kemudian, Wahyo bergabung dengan Baret Merah, Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Pada tahun 2003 dipercaya menjadi Komandan Peleton 2 Kompi Kalajengking 3 Batalyon 11 Grup 1 Kopassus hingga menjadi Komandan Peleton 1 Kopassus pada tahun 2005.
Setahun kemudian, Wahyo dipercaya menjadi Perwira Bagian Operasi Batalyon 11 Grup 1 Kopassus. Lima tahun kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya di Kopassus, namun beralih ke intelijen sebagai Perwira Intelijen Divisi 1.
Pada tahun 2012, Wahyo diangkat menjadi Kepala Seksi Intelijen Grup 2 sebelum dipromosikan menjadi Wakil Komandan Batalyon 21 pada tahun 2013. Ia kemudian ditugaskan kembali ke Detasemen Markas Besar (Dandenma) Grup 2 pada tahun 2014.
Setahun kemudian ia diangkat menjadi ketua tim latihan di Sekolah Pusdiklatpassus Kopassus Raider. Wahyo kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Staf dan Militer (Seskoad) pada tahun 2016.
Usai menuntaskan latihan bersama Seskoad, Wahyo kembali berkontribusi sebagai Pj Ketua Tim Pembina Gumil/Tih di Pusdiklatpassus. Ia kemudian menjabat sebagai Komandan Batalyon 14 Grup 1 Kopassus sebelum diangkat menjadi Komandan Kodim 0703/Cilacap pada tahun 2018.
Wahyo kemudian kembali menjabat sebagai Wakil Komandan Satuan 2 Kopassus pada tahun 2021. Ia kembali disetujui oleh Danjen Kopassus menjadi Asisten Operasi Kopassus pada tahun 2023.
Wahyo baru menduduki jabatan tersebut hingga dipanggil kembali ke Grup 2 Kopassus sebagai Komandan Grup 3 pada tahun 2024. Letkol (P) Romi Habe Putra
Pria kelahiran 1981 ini menyelesaikan pelatihan di Akademi Angkatan Laut pada tahun 2002. Romi terdaftar sebagai Perwira Spesialisasi Pelaut pada tahun 2009 dan mengikuti Kursus Perwira Maritim AS pada tahun 2013.
Dalam karirnya, Romi mendapat penghargaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2016, karena saat memimpin KRI Sura-802, ia berhasil menangkap kapal ikan berukuran besar asing.
Selain di dalam negeri, pada tahun 2007 Romi ditugaskan mengikuti pelatihan pabrik Sigma Corvette di Belanda, Jerman dan Perancis. Ia kemudian bertugas di Teluk Aden Somalia pada tahun 2011 sebagai humas KKP 151.
Pada tahun 2014, Romi juga bekerja di Inggris sebagai anggota MRLF. Beberapa kapal perang yang pernah ditugaskan antara lain KRI Sultan Hasanuddin-366 pada September 2024 dan Komandan KRI Wiratno-379 pada tahun 2020.
4. Komisaris Ahrie Sonta Nasution
Ahrie lahir di Bandung pada tahun 1981 dan merupakan lulusan Akademi Kepolisian pada tahun 2002. Namanya semakin populer saat menjabat Sekretaris Jenderal Polri.
Ia disebut-sebut berperan dalam penanganan kejahatan penting di Tanah Air, terutama saat ia berada di pasukan Nemangkawi melawan KKB di Papua.
Kiprahnya di bidang penelitian pun menarik perhatian banyak orang. Saat menjabat sebagai Kepala Dirjen 2 Ditres Narkoba Polda Metro Jaya, Ahrie mampu mengungkap peredaran 100 kilogram narkotika hanya dalam waktu dua bulan pada tahun 2018. Tak lupa, ia juga berhasil membubarkan kegiatan tersebut. kelompok kerjasama Taiwan di perairan Tanjung Berakit Pulau Bintan dengan jumlah barang bukti narkotika sebanyak 1,6 ton.
Ahrie juga terlibat dalam penangkapan buronan utama Djoko Tjandra dalam kasus korupsi Bank Bali. Ia tercatat pernah merekrut Djoko di Malaysia bersama Listyo Sigit saat masih menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
(tfq/DAL)