Jakarta, CNN Indonesia —
Garin Nugroho mengaku punya gaya tersendiri saat syuting film bisu berjudul “Samsara”. Dia menyebut proses itu sebagai “kegilaan yang terukur”.
Menurut Garin, kegilaan imajinatif adalah keinginan untuk menggunakan imajinasi saat menggarap Samsara dengan tetap memperhatikan kemampuan teknis untuk mewujudkan imajinasi tersebut.
“Itu kata-kata yang saya buat-buat. Padahal, profesionalisme itu ada dasarnya. Kalau ada kegilaan itu fantasi,” kata Garin di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (20/11).
“Kalau tidak ada kegilaan, berhenti di profesi saja. Kalau profesi saja, membosankan,” sambungnya.
Garin kemudian mengungkapkan bahwa asal usul terukur ini juga berlaku untuk manajemen produk, ia mengaku sedang mencoba meneliti “paket” Samsara ketika akhirnya diluncurkan.
Cara inilah yang akhirnya menginspirasi produser Gita Fara untuk menggunakan berbagai metode baru dalam mendistribusikan Samsara.
Menurut Garin, proses ini membantunya dan kru di balik Samsara menemukan model baru selama produksi film. Ia membandingkan proses ini dengan penciptaan peta baru produksi film.
“Saya bersaing dengan Gita, kalau sumbernya hanya film, kamu sudah ahli, kalau ditambah uang pertunjukan dan tempat, itu peta baru,” kata Gary.
“Sebenarnya kegilaan terukur mengarah ke peta baru. Membosankan juga kalau kita semua petualang, tapi petanya selalu sama,” lanjutnya.
Geetha Farah kemudian menambahkan bentuk kegilaan terukur yang muncul selama produksi Samsara. Para kru dikatakan mempelajari teknik baru saat merekam musik gamela Bali untuk mencetak musik.
Rekaman yang dihadiri sound engineer asal Jerman juga diperbaiki. Mereka merekam gamelan dengan menggunakan bambu sebagai peredamnya setelah melalui berbagai macam percobaan.
“Kami belajar hal teknis baru karena sound engineer kami dari Jerman dan dia sangat ilmiah. Dia pernah bereksperimen dengan gamelan dan apa yang terbaik untuk merekamnya,” kata Gita.
“Awalnya dia mencoba menggunakan tanah. Oleh karena itu, kami merekamnya di tanah. Namun ujung bambu paling bagus untuk merekam gamelan,” lanjutnya.
Samsara adalah film bisu hitam putih karya penulis dan sutradara Gary Nugroho. Film tersebut bercerita tentang seorang pria bernama Darta (Ario Bayu), yang berasal dari keluarga miskin yang tinggal di Bali pada tahun 1930-an.
Darta jatuh cinta pada seorang wanita bernama Cinta. Setelah jatuh cinta, Darta mencoba melamar kekasihnya. Namun lamarannya ditolak oleh orang tua pacarnya yang berasal dari keluarga kaya.
Ia kemudian mencari jalan pintas untuk mendapatkan izin dari orang tua Cinta. Darta membuat kesepakatan gelap dengan Raja Kera dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan dan akhirnya diterima oleh keluarga Cinta.
Namun pengaturan dan adat istiadat tersebut mempunyai akibat yang mempengaruhi nasib istri dan anak-anaknya.
Samsara dibintangi oleh Ario Bayu, Juliet Vidyasari Burnett dan Gus Bang Sada sebagai pemeran utama. Selain itu, I Ketut Arini, Arani Willems, Kok Savitri, Valentine Payen-Wikaksono, Siko Setyanto, dan I Wayan Vira Kusuma juga ikut bergabung.
Samsara tayang perdana di Esplanade Singapura pada 10 Mei. Film ini kemudian akan diputar di bioskop konser di Yogyakarta, Jakarta, dan negara lain.(frl/chri)