Jakarta, CNN Indonesia —
PT Pertamina (Persero) kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung transisi energi nasional dan upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai zero oil Emission (NZE) pada tahun 2060. Pada tanggal 11-22 November 2024, Pertamina mengambil peran aktif dalam perubahan iklim dan keberlanjutan. inovasi energi.
Ketua delegasi Indonesia Hashim Dojohadikusumo menekankan pentingnya langkah konkrit pengurangan perubahan iklim di forum internasional ini. Ia menyoroti program reboisasi dan pengembangan teknologi penyerapan karbon yang dilakukan pemerintah Indonesia bersama BUMN untuk mempercepat target NZE.
“Kita mempunyai potensi penyerapan karbon yang besar dan kita sedang melaksanakan program reboisasi untuk memulihkan hutan yang rusak. Ini merupakan inisiatif jangka panjang yang didukung oleh berbagai pihak, termasuk mitra internasional, untuk menciptakan lingkungan yang harmonis antara manusia dan alam,” kata Hashim. :
Upaya Indonesia tidak bisa dilakukan sendirian. Menteri Lingkungan Hidup Indonesia Hanif Faisol Nurofik menyatakan kerja sama antar negara diperlukan untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas internasional untuk mencapai solusi berkelanjutan.
“Melalui kerja sama negara, sektor, dan komunitas, kita dapat mencapai tujuan kita dalam mengatasi perubahan iklim. Kami berharap ruang ini menjadi tempat dialog dan aksi nyata untuk menemukan solusi iklim berkelanjutan,” kata Faisol.
Sementara itu, Menteri Kehutanan Raja Julie Antoni menambahkan, masih banyak hutan di Indonesia yang bisa menjadi penyerap karbon. Oleh karena itu, kerjasama semua pihak dalam hal perlindungan hutan tentunya diperlukan untuk memperbaiki kondisi tanah di masa depan.
Raja Juli menegaskan, “Perlindungan hutan dan kerja sama antar sektor merupakan tanggung jawab bersama yang harus kita penuhi. Dengan bergabungnya semua pihak, kita dapat menjamin kelestarian sumber daya alam Indonesia sebagai warisan bagi generasi mendatang.”
Fadyar Joko Santoso, Vice President Corporate Communications Pertamina, menyatakan bahwa Pertamina berkomitmen memperkuat posisi Indonesia dalam aksi global melawan perubahan iklim. Kegiatan ini sejalan dengan Clean Energy Roadmap Pertamina yang terus mendorong langkah-langkah inovatif menuju masa depan energi yang lebih berkelanjutan. .
“Kami ingin memimpin transisi energi, memberikan kontribusi nyata dalam upaya keberlanjutan dan menjadi katalis bagi Indonesia untuk mencapai masa depan energi yang lebih ramah lingkungan. Melalui berbagai forum dan kemitraan ini, kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia mampu melakukan mitigasi perubahan iklim,” kata Fajar .
Salah satu upaya yang dilakukan Pertamina adalah komitmen Zero Routine Flaring (ZRF) sebagai upaya nyata penurunan emisi gas rumah kaca. Sesuai dengan Paris Agreement dan Indonesia’s Decisive Investment (NDC), ZRF merupakan inisiatif penting yang menunjukkan kontribusi nyata Pertamina terhadap gas metana di bumi. mengurangi emisi dan mendukung tujuan pengurangan karbon global.
Selain itu, Pertamina juga memfokuskan inisiatifnya pada pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF). Upaya ini merupakan bagian dari upaya ekonomi sirkular yang tidak hanya mendukung keberlanjutan, namun juga mengatasi tantangan regulasi, teknologi, dan keuangan dalam memproduksi bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan.
Pada konferensi kali ini, perhatian utama Pertamina adalah isu pengurangan gas metana. Sebagai salah satu penyumbang emisi metana yang besar, Pertamina bekerjasama dengan peserta dari sejumlah negara dan pelaku industri global.
Dengan strategi penurunan emisi sebesar 30 persen mulai tahun 2021 sejalan dengan Global Methane Pledge, Pertamina terus menjajaki peluang untuk menawarkan inovasi efektif untuk mengurangi emisi metana.
“Semua upaya tersebut dilakukan Pertamina untuk mendukung dan mencapai visi dan misi Asta Cita pemerintah Indonesia, baik dari sisi kecukupan energi maupun ekonomi hijau,” kata Fadjar.