Jakarta, CNN Indonesia —
Amerika Serikat telah memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) terkait konflik Israel-Palestina sebanyak 49 kali.
Pada Rabu (20/11), pemungutan suara resolusi Dewan Keamanan PBB kembali gagal karena Amerika Serikat menolak dan memvetonya.
Faktanya, seluruh negara anggota Dewan Keamanan PBB, baik permanen maupun tidak tetap, mendukung resolusi tersebut, yang harus segera menghentikan serangan brutal Israel terhadap Jalur Gaza, yang meluas hingga ke Lebanon.
“Kami menyesal Dewan tidak mengubah kata-kata dalam perjanjian yang diusulkan oleh Inggris untuk mengakomodasi perbedaan yang ada… dengan kata-kata tersebut, proposal ini seharusnya diadopsi,” kata Robert Wood, wakil duta besar AS untuk PBB. AFP menyimpulkan seperti dikutip.
Ini merupakan veto ke-49 yang diberlakukan Amerika Serikat sejauh ini selama konflik Israel-Palestina. Jenis perlindungan diplomatik AS terhadap Israel bukanlah hal yang aneh, karena Washington adalah pendukung utama negara Zionis, yang memberikan bantuan kepada Israel hampir $3 miliar (47,8 triliun) setiap tahunnya.
Menurut Perpustakaan Virtual Yahudi, veto pertama AS untuk membela Israel diberikan pada tahun 1970 melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB S/10784.
Pada saat itu, resolusi tersebut menyatakan keprihatinan mendalam mengenai “situasi yang memburuk di Timur Tengah” dan menargetkan serangan Israel di perbatasan Lebanon.
Resolusi tersebut dirancang oleh Guinea, Yordania dan Somalia. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang memveto proposal tersebut. Panama abstain dalam pemungutan suara.
Usulan serupa telah diveto oleh Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1975, Washington memveto resolusi S/11898 yang menyerukan Israel untuk “segera menghentikan semua serangan militer terhadap Lebanon” ketika perang saudara pecah di negara tersebut.
Pada tahun 1982, ketika Spanyol memperkenalkan rancangan resolusi yang menuntut Israel “segera dan tanpa syarat menarik semua kekuatan militernya dari perbatasan Lebanon yang diakui secara internasional dalam waktu enam jam,” Amerika Serikat juga memveto resolusi tersebut.
Amerika Serikat memveto proposal serupa pada tahun 1985, 1986 dan 1988. Perang saudara Lebanon berakhir pada tahun 1990, namun Israel baru menarik diri dari wilayah selatan negara itu pada tahun 2000.
Lokasi Yerusalem
Masalah status Yerusalem juga telah lama menjadi subyek veto AS di Dewan Keamanan PBB, lapor Middle East Eye (MEE).
Rancangan resolusi S/12022 yang diajukan pada Juni 1976 ditolak oleh Negeri Paman Sam karena menyatakan keprihatinan atas sikap Israel terhadap perubahan karakter fisik, budaya, demografi, dan agama di wilayah tersebut.
Pada saat itu, resolusi tersebut meminta Israel untuk melindungi “tempat-tempat suci yang dimilikinya.” Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang menentang rancangan resolusi tersebut.
Pada tahun 1982, Maroko, Iran, Yordania dan Uganda mengusulkan resolusi setelah seorang tentara Israel menembaki jamaah di kompleks Masjid Al Aqsa, menewaskan sedikitnya dua orang.
Amerika Serikat memveto resolusi tersebut, meskipun teks resolusi tersebut mendesak Israel untuk menghormati dan melaksanakan Konvensi Jenewa Keempat dan prinsip-prinsip hukum internasional yang mengatur pendudukan militer.
Resolusi tersebut juga menyoroti kompleks Masjid Al Aqsa sebagai salah satu tempat paling suci bagi umat manusia.
Rancangan resolusi tahun 1986 lainnya yang menyerukan Israel untuk menghormati tempat suci umat Islam juga diveto oleh AS.
Lanjutkan ke berikutnya…