Jakarta, CNN Indonesia –
Konflik Iran dan Israel menjadi perbincangan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Trump memenangkan pemilihan presiden AS setelah memenangkan suara terbanyak dan memperoleh suara elektoral lebih banyak dari ambang batas minimum yang ditetapkan pada 6 November.
Banyak yang percaya Trump bisa mengakhiri konflik antara Iran dan Israel. Pasalnya, dalam setiap kampanyenya, Trump kerap menjanjikan penyelesaian cepat kekacauan di Timur Tengah, termasuk konflik Iran dan Israel.
Jadi, apakah Iran akan terus menyerang Israel meski Trump menjadi presiden AS, atau apakah Iran akan terus menyerang Israel?
Banyak pakar Timur Tengah dari Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR), Julien Barnes Dacey, Ellie Geranmayeh, dan Hugh Lovatt, berasumsi bahwa Iran akan terus menyerang Israel meski AS dipimpin oleh Trump.
Sebab, klaim mereka, mayoritas negara Islam Syiah itu menganggap kemenangan Trump di Pilpres AS bukan urusan mereka. Hal itu merujuk pada pernyataan resmi Fatemeh Mohajerani, juru bicara pemerintah Iran, usai pengumuman kemenangan Trump dalam pemilu presiden AS awal November lalu.
“Pemilu AS sebenarnya bukan urusan kami. Kebijakan kami stabil dan tidak berubah tergantung pada individu tertentu. Kami telah membuat prediksi yang diperlukan sebelumnya dan tidak akan ada perubahan dalam kehidupan masyarakat,” kata Mohajerani.
Selain itu, Julien dan kawan-kawan juga berasumsi Iran akan terus menyerang Israel sebagai respons atas serangan 26 Oktober tersebut. Sebab Iran menganggap serangan itu tidak bisa dimaafkan.
“Badan keamanan Iran menyimpulkan bahwa serangan Israel pada tanggal 26 Oktober adalah tahap pertama dari rencana serangan Israel yang lebih komprehensif. Teheran kemungkinan akan membalas dengan keras dengan harapan dapat mencegah tindakan lebih lanjut,” kata mereka dalam analisisnya di situs resmi ECFR.
Bersambung di halaman berikutnya…