Jakarta, CNN Indonesia –
Anggota parlemen Israel Kinset Ayman Ode dikeluarkan dari panggung setelah menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai pembunuh berantai dalam rapat parlemen pada Senin (18/11).
Pernyataan tersebut disampaikan Ode saat Netanyahu juga hadir dalam pertemuan tersebut.
Dalam video berdurasi tiga menit yang diunggah di akun X miliknya, Ode menjelaskan dirinya dipaksa turun dari panggung dan dipaksa keluar dari rapat sebelum sempat menyelesaikan pidatonya.
“Ada 17.385 anak di Gaza yang terbunuh oleh sistem Anda, 825 di antaranya berusia di bawah satu tahun. 35.055 anak menjadi yatim piatu di Gaza. Darah mereka semua akan menghantui Anda,” kata Ode. Pidatonya
“Darah seluruh korban (di Gaza) akan menghantui Anda. Dan dengan rasa tidak hormat Anda, menurut Anda mengapa Anda dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di ICC? Benjamin Netanyahu. Apa target Anda sebenarnya? Seorang pembunuh berantai lebih dari 30 tahun,” jelas Ode.
Pernyataan Ode langsung disela oleh Ketua Knesset Amir Ohana sehingga memicu reaksi keras dari anggota Knesset lainnya.
“Tidak, tidak, tidak, (kamu) turun dari panggung sekarang juga!” Ode menunjuk Ode dengan tangannya dan berteriak.
Beberapa saat kemudian, tiga penjaga mendekati Ode di atas panggung dan menyeretnya turun dari panggung dan keluar dari aula pertemuan.
Namun di momen terpisah, Ode menegaskan dalam video tersebut bahwa pernyataannya dimaksudkan untuk menyampaikan suara warga Arab Israel di negara tersebut yang tidak setuju dengan serangan brutal Netanyahu ke Gaza dalam setahun terakhir.
Sementara Netanyahu hadir dan acuh tak acuh mendengar pernyataan Ode secara langsung. Perdana Menteri Israel tetap bungkam seolah menganggap pidato Ode sebagai rejeki nomplok.
Ayman Ode adalah seorang pengacara Israel dan politikus asal Arab. Dia memimpin partai Hadash dan sempat memimpin koalisi di Israel.
Orang Arab Israel adalah minoritas di Israel. Mereka adalah keturunan orang Palestina yang selamat dari perang Arab-Israel tahun 1948. Perang ini merupakan awal terbentuknya Israel sebagai sebuah negara. Lebih dari 700.000 warga Palestina diusir dari wilayah yang saat ini diduduki Israel.
Mereka yang meninggalkan Israel menetap di kamp-kamp pengungsi di dalam dan sekitar perbatasan Israel di Tepi Barat dan Gaza.
Sementara itu, mereka yang tinggal di Israel menyebut diri mereka sebagai orang Arab Israel, orang Palestina Israel, atau sekadar orang Palestina.
Secara resmi, warga negara Arab di Israel memiliki hak yang sama dengan warga negara Israel lainnya. Namun, tidak seperti warga Yahudi Israel, warga negara Arab Israel tidak dapat bertugas di tentara Israel.
Meskipun demikian, warga Arab di Israel seringkali menjadi sasaran diskriminasi yang membuat mereka jatuh miskin. Saat ini, warga negara Arab merupakan 21 persen di Israel atau sekitar 2 juta orang dari total 9,7 juta warga Israel. (rds)