Jakarta, CNN Indonesia —
Najala Bisir, pemilik toko kotak gurun Bittersweets by Najala, mengatakan pajak penjualan umum (PPN) bisa naik hingga 12 persen pada tahun depan.
Najala mengaku prihatin dengan dampak kebijakan tersebut terhadap bisnis makanan dan minuman yang dikelolanya, apalagi di saat harga komoditas sedang naik.
“Banyak bahan impor, seperti coklat, yang harganya jadi lebih mahal. Karena produksi coklat di Afrika saat ini sedang buruk. Selain kenaikan pajak, ada tambahan lain yang justru membuat harganya naik,” kata Selasa (11). /19) dalam sebuah acara di Jakarta Selatan, wilayah Bangka.
Menurut dia, fenomena tersebut tidak hanya dirasakan pada usahanya saja, tapi juga pada toko roti lainnya.
“Jadi saya dan para baker atau toko roti lainnya merasa kenaikan harga ini sangat mengganggu,” imbuhnya.
Najala menjelaskan salah satu inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah diversifikasi produk. Pihaknya masih berencana mengembangkan produk kecil baru yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.
“Kami melakukan diferensiasi produk. Ada produk seperti Dubai Chocolate misalnya, kemasannya lebih kecil, tapi kualitasnya tetap premium. Permennya juga kami buat dalam kotak lebih kecil, tapi harganya sama seperti sekarang. Saya. Saya sangat menentang pengurangan kualitas bahan, karena ini bukan identitas kami,” kata Najala.
Dalam strategi tersebut, Najla meyakini menjaga kualitas produk menjadi kunci menjaga loyalitas konsumen meski menghadapi kenaikan biaya produksi dan pajak.
“Jadi bagaimana kita bisa tetap menggunakan bahan-bahan premium, otomatis kita akan bekerja sama dengan platform, dan mungkin akan ada kenaikan harga. Tapi, misalnya harga naik, tapi kualitasnya tidak turun, saya kira pasar akan turun. pasti mendukungnya,” ujarnya.
Mulai tahun depan, pajak pertambahan nilai akan naik dari 11 persen menjadi 12 persen. Peningkatan tersebut sejalan dengan Harmonisasi Tata Cara Perpajakan (HPP) UU 7 Tahun 2021. Aturan tersebut menyebutkan PPN akan naik menjadi 11 persen mulai tahun 2022 dan menjadi 12 persen mulai tahun 2025.
(Lao/Pta)