Jakarta, CNN Indonesia –
Para ahli mengingatkan kita bahwa kelahiran prematur tidak sebatas menyelamatkan nyawa anak. Orang tua harus terus memantau tumbuh kembang anaknya serta mendukung kualitas hidupnya.
Rini Sekartini, dokter anak, konsultan tumbuh kembang RSIA Bunda Jakarta, mengungkapkan banyak orang tua yang ingin membeli timbangan saat bayinya keluar dari NICU. Padahal, pemantauan berat badan anak seharusnya diserahkan kepada petugas kesehatan.
Menurut Rini, orang tua sebaiknya fokus dalam merawat anak dengan baik tanpa menambah stres dalam memantau hal-hal yang seharusnya diawasi oleh ahlinya.
“Dalam kasus bayi prematur, berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa anak, namun jangan lupakan kualitas hidupnya,” kata Rini saat diskusi media di RSIA Bunda Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11- 20). . ).
Ia mengatakan, permasalahan terkait kesehatan anak, antara lain berat badan, panjang badan, dan imunisasi, ditangani oleh petugas kesehatan. Sedangkan orang tua fokus terhadap tumbuh kembang anaknya dengan mengikuti buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Dengan menggunakan buku KIA, lanjut Rini, orang tua dapat melihat apakah anaknya tumbuh dan berkembang sesuai usia yang dikoreksi.
Untuk bayi prematur, usia yang disesuaikan adalah usia yang digunakan, bukan usia kronologis seperti pada bayi lahir normal. Usia koreksi dihitung 40 minggu (usia kehamilan normal) dikurangi usia kehamilan saat bayi dilahirkan.
“Kita pakai koreksi usia. Anak lahir 28 minggu, defisitnya 40 minggu dikurangi 28 minggu jadi 12 minggu atau 3 bulan. Jadi anak datang untuk mengatur 1 tahun, tapi kenyataannya 9 bulan. Orang tua perlu melihat tumbuh kembang anak di usia 9 bulan, bukan 1 tahun,” jelasnya.
Oleh karena itu, orang tua yang memiliki bayi prematur tidak bisa begitu saja membandingkan bayinya dengan bayi lahir normal lainnya. Rini menyarankan untuk fokus pada apa yang terbaik untuk anak Anda. (baris/asar)