Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPEBT) Kementerian Perdagangan mencatat jumlah transaksi aset kripto di Indonesia mencapai Rp 475,13 triliun sepanjang Januari-Oktober 2024.
Jumlah tersebut meningkat 352,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp104,91 triliun.
“Hal ini membuktikan bahwa perdagangan aset kripto merupakan opsi perdagangan yang diketahui masyarakat,” kata Kepala Bappetti Kasan dalam keterangan resmi, Kamis (21/11).
Kasan mengatakan, pengembangan transaksi aset kripto akan mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Tercatat sepanjang tahun 2022 hingga Oktober 2024, penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp 942,88 miliar.
Sedangkan jumlah pelanggan aset kripto mencapai 21,63 juta pelanggan pada Oktober 2024. Sedangkan nasabah yang aktif bertransaksi melalui Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) dan Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) berjumlah 716 ribu nasabah per Oktober 2024.
Jenis aset kripto yang paling banyak diperdagangkan di PFAK pada Oktober 2024 adalah Tether (USDT), Ethereum (ETH), Bitcoin (BTC), Pepe (PEPE), dan Solana (SOL).
Meningkatnya jumlah nasabah kripto, lanjut Kasan, menunjukkan potensi pasar aset kripto di Indonesia masih sangat besar. Ke depan, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu pemimpin pasar kripto dunia.
Bappebti optimis nilai transaksi aset kripto akan kembali bangkit dalam waktu dekat.
“Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap aset kripto harus diimbangi dengan edukasi dan literasi yang meluas. Penguatan literasi diharapkan dapat menjadi langkah efektif dalam meningkatkan keselamatan masyarakat, menjamin keamanan usaha para pelaku industri dan mengurangi keluhan,” kata Kasan.
(pada awal Agustus/Agustus)