Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) buka-bukaan soal rencana Presiden Prabowo Subianto membangun tembok laut besar-besaran yang membentang dari pesisir Banten hingga Jawa Timur.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Erwan Maxum mengatakan, pihaknya sudah melakukan delapan kajian terhadap tembok laut raksasa tersebut sejak 2014.
“Pelajari berbagai aspek, termasuk teknis, lingkungan hidup, lingkungan hidup, tata guna lahan, air minum, air tanah, transportasi, dan lain-lain. Namun perhitungan pendanaan tergantung pada pilihan teknologi dan pendekatan, dan itu adalah keputusan anggaran dan pilihan kebijakan.” ujarnya kepada fun-eastern.com, Dushanbe (11/11).
Erwan menambahkan, rencana pembangunan tanggul laut besar perlu dikaji lebih lanjut sesuai dengan kondisi pantai utara (pantura) Jawa.
Ada beberapa konsultan dari Belanda dan Korea Selatan yang ternyata berpengalaman menangani tembok laut raksasa. Namun tetap perlu disesuaikan dengan kondisi pesisir Jawa.
Sebab, pasang surut air laut di Belanda dan Korea Selatan berkisar antara 7 hingga 10 meter.
Sedangkan di Pantura panjangnya hanya 1,2 meter, hampir sama dengan di Singapura. Jadi yang jadi pertanyaan apakah sebesar Belanda atau hanya daur ulang seperti Singapura, imbuhnya.
Prabowo berencana membangun tembok laut besar-besaran di sepanjang pantai dari Banten hingga Jawa Timur untuk melindungi wilayah pesisir yang berisiko tenggelam.
Hashim Jojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Lingkungan Hidup, mengatakan proyek tembok laut raksasa harus segera dimulai. Pasalnya, ada risiko sawah di pantai utara (pantura) Pulau Jawa terendam air.
“Rencana Pak Prabowo membangun tembok laut besar dari Banten hingga Jawa Timur. Program ini mungkin memakan waktu 20 tahun. Mungkin akan dilaksanakan oleh dua atau tiga presiden. Tapi kita harus mulai sekarang,” kata adik laki-laki Prabowo itu. bulan Oktober lalu.
“Kalau tidak dimulai sekarang, sawah di pantai utara akan tenggelam dan kita bisa kehilangan jutaan hektar lahan. Ini semacam darurat, harus segera dilakukan karena akan memakan waktu lama,” lanjutnya. .
(lima/Agustus)