Jakarta, CNN Indonesia —
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam beberapa kebocoran data, salah satunya terkait keamanan negara Zionis.
Jaksa Agung Israel Gali Baharav-Miara pada hari Jumat (11/08) dilaporkan mengizinkan penyelidikan atas dugaan kebocoran data, pemalsuan, dan perubahan protokol yang melibatkan kantor Perdana Menteri Netanyahu.
Anadolu Agency baru-baru ini melaporkan bahwa penyelidik telah meluncurkan penyelidikan atas dugaan pencurian, manipulasi, dan kebocoran informasi terkait militer yang diduga dibocorkan ke media asing untuk mempengaruhi opini publik.
Investigasi tersebut juga berujung pada penangkapan lima anggota pemerintah, salah satunya adalah penasihat dan pejabat senior di kantor Perdana Menteri Netanyahu.
Menurut laporan, Netanyahu diduga membocorkan dokumen yang diperoleh militer Israel dari Gaza ke harian Jerman Bild dan mingguan The Jewish Chronicle yang berbasis di London.
Perdana menteri menyerahkan dokumen tersebut, yang diubah agar tampak seperti milik mendiang pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Netanyahu menggunakan dokumen tersebut untuk menunjukkan bahwa Hamas tidak menginginkan pertukaran sandera dan mencoba menyelundupkan sandera ke Koridor Philadelphia di perbatasan Mesir-Gaza.
Netanyahu tampaknya berusaha membenarkan operasi darat Israel di dekat Rafah dan menyangkal pertukaran sandera.
Selain kebocoran tersebut, kantor Perdana Menteri Netanyahu juga diduga mengubah dokumen terkait peringatan dini sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Selain itu, kantor Perdana Menteri Netanyahu juga sedang diselidiki karena diduga mencoba memeras seorang sekretaris senior militer untuk mendapatkan informasi rahasia.
Selain itu, penyelidikan juga dimulai setelah video mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant ditolak masuk ke kantor Netanyahu tak lama setelah perang Gaza dimulai.
Selain di kantor Perdana Menteri Netanyahu, Tzachi Hanegbi, kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, juga dilaporkan menghadapi penyelidikan terpisah.
Hanegbi diperiksa karena menerima suap 10.000 shekel untuk surat rekomendasi.
Menurut analis politik Roy Rubinstein, dalam artikel tanggal 8 November di Yedioth Ahronoth, Netanyahu telah lama terlibat dalam kebocoran data.
Rubinstein mengatakan para pendukung dan penentang Netanyahu sepakat bahwa perdana menteri tidak bisa menyimpan rahasia.
Pada tahun 2007, sebagai pemimpin oposisi, Netanyahu secara terbuka mengkonfirmasi serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Suriah. Saat itu, dia mengucapkan selamat atas “kemenangan” ini.
Dalam artikel yang diterbitkan di Israel Hayom pada 15 Februari 2024, analis politik Yoav Limor juga menggambarkan Netanyahu sebagai “kebocoran terbesar Israel”.
Limor merujuk pada bocornya dokumen terkait perjanjian perdamaian yang ditandatangani dengan Suriah pada tahun 1995.
Terkait penyelidikan kebocoran tersebut, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan hal itu membuktikan betapa tidak layaknya Netanyahu memimpin Israel.
Dia juga menuduh Netanyahu menggunakan rahasia negara untuk keuntungan politik dan pribadinya.
“Kebocoran itu berasal dari kantor Netanyahu, dan harus dipastikan apakah perdana menteri mengetahuinya atau tidak,” tulis Lapid pada 7 November X.
(blq/dna)