JAKARTA, CNN Indonesia —
Anggota Komite III DPR Hasbiallah Ilyas mengaku setuju Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak melakukan operasi penjebakan (OTT).
Ilyas mengaku sependapat dengan Luhut Binsar Panjaitan, mantan Menteri Koordinator Kelautan dan Perikanan, yang menyebutnya sebagai OTT kampungan. Menurutnya, OTT hanya membawa kerugian bagi negara.
Pernyataan itu disampaikan Ilyas saat lanjutan uji kelayakan dan kecukupan calon Dewan Pengawas (Dewas) KPK di Wisnu Baroto, Rabu (20/11).
“Saya sependapat dengan Pak Luhut, OTT itu murah karena hanya merugikan negara,” kata Ilyas.
Ilyas mengaku pernah bertanya kepada salah satu pimpinan KPK agar OTT bisa memakan waktu setahun. Saat itu, dia mempertanyakan anggaran yang dikeluarkan. Sebenarnya ada cara yang lebih efektif yang bisa Anda gunakan.
Lanjutnya, “Ini persoalan kita, lalu kenapa KPK lebih banyak menghambur-hamburkan uang?”
Ilyas mendesak Wisnu mengambil sikap tegas dengan menghapuskan OTT jika terpilih menjadi Dewas KPK. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan hal ini dengan lebih efektif, misalnya dengan mengingatkan penyelenggara korupsi sebelum melakukannya.
“Yang terjadi sekarang, negara merugi dan biayanya sangat besar sehingga negara merugi. Kalau di negeri ini tidak ada OTT, bagaimana tanggapannya?,” ujarnya. .
Terkait hal tersebut, Wisnu Baroto memperkirakan terdapat perubahan pada metode OTT sejak pertama kali diterapkan. Wisnu yang merupakan jaksa pada masa berdirinya KPK mengatakan, praktik OTT berbeda dengan yang dilakukan saat ini.
Wisnu mengatakan, saat pertama kali OTT dilaksanakan hanya berlangsung satu hari. Dia tidak menjelaskan detail kejadian tersebut. Namun menurutnya, OTT saat itu hanya berdasarkan laporan yang dipublikasikan.
“Jadi saat itu ada yang membawa tas, kami menunggu sekitar 15 menit lalu kami menggerebeknya dan benar diserahkan ke pegawai kantor, isinya uang.”
Padahal OTT pertama tidak memakan waktu lama dan tidak mengeluarkan biaya apa pun, tambah Wisnu. (gambang)