Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan Senin (11/11) seiring meredanya badai di Amerika Serikat (AS).
Pelemahan harga minyak juga disebabkan oleh rencana stimulus fiskal Tiongkok yang mengecewakan, padahal investor memperkirakan permintaan bahan bakar akan meningkat di negara konsumen minyak kedua dunia tersebut.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 19 sen atau 0,3 persen menjadi US$73,68 per barel. Sementara harga minyak mentah Amerika West Texas Intermediate (US WTI) turun 25 sen atau 0,4 persen menjadi US$70,13 per barel.
Kedua harga minyak acuan tersebut turun lebih dari 2 persen pada Jumat (8/11) lalu.
Kekhawatiran pasar terhadap gangguan pasokan akibat Badai Rafael di Teluk Meksiko, AS, telah mereda.
Sekitar seperempat produksi minyak di Teluk Meksiko AS dan 16 persen produksi gas alam masih ditutup pada hari Minggu, menurut regulator energi lepas pantai.
Paket stimulus Beijing yang diumumkan pada pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) akhir pekan lalu tidak memenuhi ekspektasi pasar.
Analis pasar IG Tony Sycamore mengatakan Tiongkok hanya memberikan sedikit dorongan pada sektor perumahan dan konsumsi.
Sementara itu, analis ANZ mengatakan kurangnya stimulus fiskal dalam waktu dekat menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan Tiongkok telah memberikan ruang untuk menilai dampak kebijakan yang diperkenalkan oleh pemerintahan AS berikutnya.
Konsumsi minyak di Tiongkok, yang merupakan pendorong pertumbuhan permintaan global selama bertahun-tahun, diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024 seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Penggunaan bensin menurun seiring dengan pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik dan gas alam cair menggantikan solar sebagai bahan bakar truk.
(pta/pta)