Jakarta, CNN Indonesia –
Menteri Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Kemenko Kumham Imipas) Yusril Ihza Mahendra mengatakan, pihaknya akan menyelidiki tujuh narapidana yang berhasil melarikan diri dari Rutan Salemba, Jakarta Pusat.
“Saya sebagai Menteri Koordinator akan segera berkoordinasi dengan Departemen Imigrasi dan Pemasyarakatan untuk mengambil tindakan tegas dan mengusut kasus ini.” Apakah ada keadaan yang lalai atau disengaja,” kata Yusril saat menghadiri agenda Ombudsman di Jakarta Pusat, Kamis (14/11).
Jika terbukti kelalaiannya, Yusril memastikan ada sanksi atau peringatan bagi pegawai rutan.
Jadi, jika karyawan kita berperilaku ceroboh, mereka harus diperingatkan. “Kalau disengaja, harus dilakukan tindakan sesuai aturan sumber daya manusia,” ujarnya.
Yusril menambahkan, kasus ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi pemerintah. Ia mengatakan, pemerintah serius mempertimbangkan untuk mengantisipasi masalah kelebihan kapasitas di rutan dan lapas.
“Kami sendiri di pemerintahan sebenarnya sedang membahas masalah ini untuk mencari solusi karena kita tahu lebih dari 50 persen warga binaan di lembaga pemasyarakatan kita adalah pecandu narkoba,” kata Yusril.
“Ini sangat sulit, tapi percayalah, kami akan berusaha mencari cara untuk mengatasi masalah ini,” ujarnya.
Sebanyak tujuh narapidana dan tahanan narkoba melarikan diri dari Rutan Kelas 1 Salemba, Jakarta Pusat, Selasa dini hari (11/12).
Kepala Rutan Kelas I Jakarta Pusat, Agung Nurbani mengatakan, ketujuh narapidana dan terpidana tersebut diduga melarikan diri dengan cara menerobos jeruji besi di kamar mandi.
Setelah itu, para narapidana melompat ke ruang depan toilet dan langsung menuju saluran pembuangan atau saluran air.
“Dia kemudian masuk ke dalam gorong-gorong dan menerobos jeruji sebelah timur Rutan,” kata Agung.
Salah satu tahanan yang melarikan diri adalah gembong narkoba Murtala Ilyas. Murtala cs jaringan Malaysia-Medan-Aceh-Jakarta ditangkap pada Maret 2024. Di CS Murtala, polisi menyita barang bukti narkoba jenis sabu seberat 110 kilogram.
Kasus ini menarik perhatian masyarakat, termasuk DPR, yang kemudian melakukan inspeksi mendadak atau sidak.
(Rhine/Sfr)