Jakarta, CNN Indonesia —
Chairman HYBE Bang Si-hyuk telah diperiksa oleh Korea Financial Supervisory Service atas dugaan menerima keuntungan pribadi sebesar $285 juta atau Rp4,5 triliun ($1 = Rp15.937) selama IPO perusahaannya.
Billboard melaporkan pada Senin (2/12) bahwa pendanaan disebut-sebut dilakukan dalam kesepakatan rahasia dengan tiga perusahaan ekuitas swasta (PEF) selama IPO HYBE tahun 2020.
Investigasi dilakukan untuk mengetahui apakah HYBE dan Bang Si-hyuk melanggar undang-undang pasar modal Korea Selatan. Investigasi dilakukan untuk mengetahui proses akuisisi saham Big Hit sebelum IPO.
Di sisi lain, bursa Korea juga sedang menyelidiki dokumen terkait lainnya yang mungkin dilanggar.
Laporan ini pertama kali dimuat oleh Korea Economic Daily yang memberitakan bahwa Bang Si Hyuk mengantongi 400 miliar won atau 285 juta dollar AS.
Angka tersebut berasal dari kesepakatan yang dicapai beberapa tahun sebelum IPO dengan pemegang saham swasta STIC Investments, Easton Equity Partners, dan New Principal Equity.
Menurut laporan, ketiga pemegang saham tersebut akan diwajibkan menyumbangkan 30 persen keuntungan dari penjualan saham Big Hit setelah IPO.
Namun, jika Big Hit gagal melakukan IPO sebelum waktu yang disepakati, Bang Si-hyuk harus membeli kembali saham tersebut beserta bunganya.
HYBE kemudian mengkonfirmasi laporan perjanjian pemegang saham, tetapi membantah laporan bahwa Bang Si-hyuk melanggar undang-undang sekuritas.
“Selama proses pencatatan, perusahaan kami menyerahkan perjanjian pemegang saham terkait ke kantor pencatatan dan sekretaris pencatatan meninjau perjanjian pemegang saham terkait sesuai dengan undang-undang pencatatan,” bunyi pernyataan HYBE.
“Dalam hal ini, kami memutuskan bahwa perusahaan kami tidak melanggar hukum terkait selama proses pencatatan,” lanjutnya.
Pada tahun 2020, HYBE, masih dikenal sebagai Big Hit Entertainment, go public setelah popularitas internasional BTS meningkat. IPO HYBE mengumpulkan sekitar $820 juta.
Namun, harga saham Big Hit turun 22,3 persen pada hari berikutnya dan 29 persen lagi dalam dua minggu berikutnya. Hal ini menyebabkan investor perorangan mengalami kerugian.
Menurut laporan Korea Economic Daily, tren penurunan pada saat itu “terutama didorong oleh tingginya penjualan dana ekuitas swasta” setelah IPO resmi. (frl/chri)