
Jakarta, CNN Indonesia —
Keluarga G (17), siswi SMKN 4 Semarang yang tewas usai ditembak polisi, mengaku memiliki rekaman CCTV lokasi kejadian penembakan (TKP).
Tercatat, pihak keluarga menilai korban tidak ada unsur perlawanan pada detik-detik korban ditembak Aipda Robig.
Hal tersebut diungkapkan salah satu kerabat G yang menjelaskan, pihak keluarga mencari tempat kejadian dan akhirnya menemukannya.
Penembakan CCTV di Jalan Penataran, Kelurahan Bambankerep, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
“Katanya dari Tabes (Polsek Semarang) (korban G) melawan dan ditembak. Nah, ini videonya, apakah mereka melawan atau tidak. Di seberang Alfamart,” kata kerabat tersebut dikutip detikcom, Selasa. (3/12). ).
Kerabat Go kemudian menunjukkan rekaman CCTV tersebut kepada wartawan. Dari video yang dilihat, terlihat polisi tersebut diduga anggota Satgas Anti Narkoba Polrestabes Semarang,
Sosok yang diduga Aipda Robig Zaenudin berhenti di pinggir jalan dan menghadang tiga sepeda motor sambil melepaskan tembakan.
Setelah tiga sepeda motor, tampak polisi itu berjalan-jalan lalu terjatuh. Kemudian saat hendak mengejar, polisi yang mengendarai sepeda motor itu kembali terjatuh.
“Nah, polisinya N-Max, sepertinya melaju kencang. Lalu saya dengar ada sepeda motor lewat, ditembak. Kalau saya dengar pasti sudah 4 kali,” jelasnya.
Dari video berdurasi 41 detik itu, ia mengaku tidak mengetahui jenis sepeda motor apa yang dikendarai Pak. Dalam video tersebut terlihat sepeda motor tersebut melaju kencang tanpa menodongkan senjata tajam ke arah tersangka Aipda Robig.
“Senin saya cari (CCTV) sendiri di Paramount, tidak terjadi apa-apa seperti tawuran, tidak ada apa-apa. Lalu di kawasan Alfamart juga tidak ada apa-apa di sana, hanya dikejar mobilnya,” ujarnya. dia menjelaskan.
Ia mengaku dikunjungi oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KPPAI) di Indonesia. Video yang sama juga ditayangkan di Komnas HAM.
“Kemarin Komnas HAM ditayangkan (video CCTV) tapi tidak ditayangkan,” jelasnya.
Ia berharap kasus tersebut bisa diusut secara transparan hingga tuntas. Pihak keluarga tetap teguh dan tidak percaya bahwa korban G adalah seorang gangster.
“Pihak keluarga tidak percaya (korban) adalah preman. Karena anak pendiam, tidak ada alat atau dekorasi dalam tawuran di rumah,” jelasnya.
“Bocah itu rajin sholat, lagipula dia tidak pernah pulang malam, kecuali sekitar 2 minggu saat lomba Paskibra diadakan. Paling lambat biasanya pukul 23:00 WIB atau 00:00 WIB,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolrestabes Semarang Kompol Irwan Anwar mengungkapkan, sistem CCTV milik keluarga korban juga sudah diserahkan kepada Polda Jawa yang sedang menyelidiki kasus tersebut.
“Alfamart CCTV sudah di tangan penyidik (Polda Jateng) dan sudah diserahkan ke Bagian Laboratorium Forensik (Laboratorium Forensik), dan Kode Etiknya diatur di Propam,” jelasnya.
DetikJateng pun mencoba menghubungi Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kompol Artant melalui pesan singkat atau telepon. Namun hingga pukul 18.00 WIB, belum ada tanggapan dari Polda Jateng.
Sebelumnya, G tewas usai ditembak Aipda Robig pada Minggu (24/11) lalu. Polisi mengatakan anggota Satuan Narkoba Polrestabes Semarang ingin membubarkan aksi tawuran tersebut.
Dua kali tembakan terdengar dan mengenai tiga siswa SMKN 4 Semarang yakni G, A dan S. G tewas setelah tertembak di bagian pinggang. Sedangkan A tertembak peluru di bagian dada, namun mengenai tangan kiri S yang berada di bahu A.
Kemudian diputuskan Aipda Robig mengambil langkah yang tidak wajar dan kini diproses dan diawasi secara internal. Ia pun ditahan dengan status penyidikan kasus kode etik Propam oleh Polda Jateng. Di sisi lain, keluarga Go resmi mengumumkan meninggalnya anggota muda Paskibra tersebut.
Baca laporan selengkapnya di sini. (tim/DAL)