Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah ibu kota India, New Delhi, memerintahkan seluruh sekolah dasar (SD) untuk meliburkan kelas privat hingga pemberitahuan lebih lanjut pada Kamis malam (14/11). Pasalnya, asap di kota semakin berkurang.
Menurut AFP, New Delhi dan wilayah metropolitan di sekitarnya, yang dihuni lebih dari 30 juta orang, tetap menjadi salah satu pusat polusi udara terbesar di dunia selama musim dingin.
Kabut asap menjadi penyebab ribuan kematian dini setiap tahunnya dan menyebabkan kesengsaraan tahunan bagi penduduk kota tersebut, karena sistem pemerintah yang stagnan gagal mengatasi masalah tersebut.
“Karena meningkatnya polusi, semua sekolah dasar di Delhi akan beralih ke kelas online sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Presiden Atishi melalui platform media sosial.
Sekolah sering kali tutup pada minggu-minggu terburuk krisis kabut asap tahunan, yang juga menyebabkan banyak kekacauan di kota.
Pihak berwenang juga melarang pekerjaan konstruksi dan melarang truk bertenaga diesel dari wilayah lain di negara itu dalam upaya mengurangi awan beracun yang menyelimuti ibu kota.
Langit kelabu dan kabut asap membuat kehidupan penduduk New Delhi sengsara minggu ini.
Tingkat polusi PM2.5 – penyebab berbahaya kanker kecil yang memasuki aliran darah melalui paru-paru – tercatat pada hari Rabu lebih dari 50 kali lipat di atas rekomendasi harian Organisasi Kesehatan Dunia.
New Delhi diselimuti kabut asap setiap tahun, sebagian besar disebabkan oleh pembakaran tunggul yang dilakukan oleh petani di tempat lain di India untuk membersihkan lahan pertanian mereka, serta pembakaran pabrik dan asap kendaraan.
Suhu dingin dan angin sepoi-sepoi memperburuk situasi dengan memerangkap polusi mematikan setiap musim dingin, yang berlangsung dari pertengahan Oktober hingga sekitar bulan Januari.
Sebuah studi di jurnal medis The Lancet mengaitkan 1,67 juta kematian dini dengan polusi udara di negara terpadat di dunia pada tahun 2019.
Bulan lalu, Mahkamah Agung India bulan lalu memutuskan bahwa udara bersih adalah hak asasi manusia yang mendasar, dan memerintahkan pemerintah pusat dan pejabat negara untuk mengambil tindakan.
Sebuah proyek baru yang diluncurkan bulan ini menggunakan tiga drone kecil untuk menyemprotkan kabut air. Namun, langkah tersebut dicemooh oleh para kritikus sebagai solusi “penolong” terhadap krisis kesehatan masyarakat.
(afp/sfr)