Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Vihaji berbicara tentang mengapa sulit mengatasi masalah stunting di Indonesia. Salah satunya, ia menyebut kebiasaan ibu hamil mengunyah daun sirih.
Menurut Vihaji, kebiasaan mengunyah siri merupakan salah satu kebiasaan ibu hamil yang ternyata dapat mempengaruhi kesehatan janin yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terhambatnya pertumbuhan.
Selain itu, lanjut Vihaji, kebiasaan tersebut dilakukan dengan menambahkan zat lain yang dapat menimbulkan risiko bagi janin.
“Itu [mengunyah sirih] adalah budaya yang perlu dipupuk. Ini contohnya, masih ada di beberapa daerah,” kata Vihaji, Rabu (12 April) di wilayah Karawang, dikutip detikhealth.
Mengutip “My Health Only”, kebiasaan mengunyah daun sirih saat hamil dikembangkan karena dapat meningkatkan nafsu makan. Daun sirih juga dapat membantu memperlancar pencernaan.
Namun penggunaan daun sirih saat hamil juga diketahui menimbulkan efek samping. Salah satunya adalah membahayakan janin, menimbulkan masalah terkait cacat lahir pada anak, bahkan menimbulkan risiko keguguran.
Vihaji juga menilai penurunan leher tersebut erat kaitannya dengan kondisi perekonomian masyarakat saat ini. Kondisi perekonomian secara tidak langsung menimbulkan banyak faktor risiko perlambatan pertumbuhan.
“Ekonomi menjadi faktor utama kenapa dia tidak punya toilet, kenapa dia tidak punya air bersih, kenapa dia kurang paham, ya, pendidikannya masih kurang,” kata Vihaji.
Selain masalah asupan makanan yang tidak mencukupi, kurangnya air bersih dan kondisi perumahan yang tidak memadai juga menjadi faktor penyebab terjadinya stunting.
Vihaji mengatakan pendidikan masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi semua pihak dalam memerangi keterbelakangan.
Saat ini Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) menggunakan pendekatan berbasis data untuk mengatasi permasalahan rendahnya pertumbuhan nama dan alamat. Menurut Wihaji, sekitar 8,7 juta keluarga di Indonesia saat ini berisiko mengalami stunting.
Vihaji yakin, sesuai instruksi Presiden Prabowo Subianto, laju perlambatan pertumbuhan akan berkurang secara bertahap.
Stunting sendiri merupakan suatu kondisi keterlambatan tumbuh kembang pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Hal ini tidak hanya berdampak pada fisik, namun juga perkembangan kognitif anak Anda. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan belajar dan kecerdasan anak.
Di Indonesia sendiri, prevalensi stunting sebagian besar mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi stunting sebesar 30,8 persen. Pada Survei Kesehatan (SKI) Indonesia tahun 2023, angkanya turun menjadi 21,5 persen.
Namun dibandingkan negara Asia lainnya, prevalensi stunting di Indonesia masih tergolong tinggi. (abad/abad)