Jakarta, CNN Indonesia –
Parlemen Prancis telah mencopot Perdana Menteri Michel Barnier pada Rabu (4/12) malam waktu setempat melalui pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya yang baru menjabat tiga bulan.
Untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam tahun, Majelis Nasional atau DPR Prancis menggulingkan pemerintah yang sedang menjabat melalui mosi tidak percaya.
Mosi tidak percaya diajukan oleh partai sayap kiri yang didukung partai sayap kanan pimpinan Marine Le Pen, lawan utama pemerintah.
Dalam pemungutan suara tersebut, mayoritas 331 anggota parlemen dari total 577 anggota setuju untuk mencopot pemerintahan Bernier.
Ketua House of Commons, Yael Braun-Pivet, menegaskan Bernier kini harus “tunduk” kepada Macron dan menutup pertemuan.
Pemakzulan ini menjadikan Barnier sebagai Perdana Menteri sementara Prancis. Dia baru-baru ini diangkat oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai Perdana Menteri pada 5 September.
Presiden Emmanuel Macron kini menghadapi pilihan sulit dalam memilih penerus Bernier yang cocok, dengan sisa masa jabatannya lebih dari dua tahun.
Beberapa pejabat pemerintah, terutama pihak oposisi, bahkan mendesak Macron mundur dari jabatan presiden demi memecah kebuntuan politik di negara Eropa tersebut.
Eric Cockrell, seorang anggota parlemen dari sayap kiri, mengatakan bahwa proposal terhadap Bernier menandai “kontrak kematian otoritas Emmanuel Macron”.
Namun, Macron menolak gagasan tersebut dan menyebutnya sebagai “fiksi politik”.
“Pernyataan seperti itu sama sekali tidak pantas,” katanya saat berkunjung ke Arab Saudi, Selasa.
Sementara itu, Macron dikabarkan akan segera menunjuk perdana menteri baru. Kabarnya, Presiden akan menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato publik pada Rabu pagi waktu setempat. (merah)