Jakarta, CNN Indonesia —
Han Dong-hoon, ketua Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa, telah meminta Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol untuk mundur setelah darurat militer.
Deklarasi darurat militer yang dilakukan Han Yun melemahkan pemerintahan sipil dan melemahkan demokrasi.
“Mengingat fakta baru, saya yakin penghentian segera tugas Presiden Yoon Suk-yeol diperlukan untuk melindungi Republik Korea dan rakyatnya,” kata Han pada Jumat (6/12), seperti dikutip AFP.
Menurut Han, Yun memerintahkan penangkapan “politisi penting” dan mengembalikan mereka ke tahanan pada Selasa malam berdasarkan bukti yang dapat dipercaya.
Anggota parlemen oposisi Jo Seung-jae mengatakan rekaman kamera keamanan menunjukkan tentara berusaha menangkap pemimpin oposisi Lee Jae-myung, Ketua Majelis Nasional Woo Won-shik dan Han.
Para analis juga yakin Yun memobilisasi badan intelijen untuk menangkap politisi. Tak hanya itu, mereka ragu Presiden Korea Selatan akan mengumumkan darurat militer kedua.
Dalam hal ini, Han juga menekankan bahwa jika Yun tetap menjadi presiden, “tindakan ekstrem seperti darurat militer mungkin akan terulang kembali.”
Korea Selatan terakhir kali mengumumkan darurat militer pada tahun 1980. Situasi ini sangat mengerikan dan menyakitkan bagi warga di sana.
Dalam keadaan darurat militer, negara dikuasai oleh tentara, demokrasi dan hak-hak penduduk sipil dirampas.
“Tindakan ini menimbulkan ancaman bagi Republik Korea dan warganya,” kata Han.
Korea Selatan dilanda kekacauan setelah Yun mengumumkan darurat militer pada Selasa malam.
Namun langkah tersebut mendapat kritik dari berbagai pihak. Enam jam kemudian, Yun mencabut statusnya setelah ditolak parlemen.
Setelah dibatalkan, warga berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Yun. Pihak oposisi di parlemen juga telah mengajukan mosi pemakzulan dan akan melakukan pemungutan suara pada hari Sabtu. (isa/bac)