Jakarta, CNN Indonesia —
Türkiye membantah tuduhan bahwa milisi Palestina Hamas telah memindahkan biro politiknya ke negaranya setelah dilaporkan diusir dari Qatar.
Sumber diplomatik Turki mengatakan kepada wartawan pada Senin (18/11) bahwa laporan bahwa Ankara akan menjadi markas baru Hamas “tidak benar”.
Mereka mengatakan anggota Hamas sering mengunjungi Turki tetapi tidak mendirikan kantor di Ankara, lapor Middle East Eye (MEE).
Media Israel Khan sebelumnya melaporkan bahwa anggota Hamas telah berangkat ke Turki setelah Qatar diduga mengusir mereka.
Beberapa media mengklaim pengusiran itu dilakukan karena Hamas tidak mau melakukan negosiasi gencatan senjata atau pembebasan sandera di Gaza.
Amerika Serikat menjadi negara yang meyakinkan Qatar untuk mengusir Hamas. AS mengatakan pihaknya telah meminta Qatar untuk mengusir kelompok tersebut setelah Hamas berulang kali menolak tawaran untuk membebaskan para sandera dan mengeksekusi enam tawanan, termasuk seorang warga negara Amerika.
Menurut The Time of Israel, seorang diplomat Arab mengatakan kepada The Times of Israel pada Minggu (17/11) bahwa anggota senior Hamas meninggalkan Doha, Qatar, menuju Turki pekan lalu.
Qatar telah menjadi markas besar Hamas di luar negeri sejak 2012. Sebelum dibunuh Israel, Ketua Politbiro Hamas, Ismail Haniyeh, pernah berkantor di negara tersebut.
Dipilihnya Türkiye sebagai outlet baru markas Hamas sebenarnya bukan sesuatu yang istimewa. Pasalnya, hubungan Turki dan Israel memburuk setelah Israel melancarkan agresi terhadap Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan adalah kritikus keras terhadap Israel. Dia berulang kali menekankan bahwa agresi Israel di Gaza adalah genosida. Oleh karena itu, Türkiye bergabung dengan Afrika Selatan dalam membawa Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan kejahatan perang.
Erdogan bahkan mengumumkan pekan lalu bahwa pemerintahannya telah secara resmi memutuskan semua hubungan dengan Israel.
Meskipun Turki menolak, Amerika Serikat memperingatkan Ankara pada Senin (18 November) untuk tidak menerima para pemimpin Hamas di negara tersebut. AS mengatakan bahwa beberapa pemimpin Hamas saat ini didakwa oleh AS dan tidak boleh hidup damai di mana pun.
“Kami percaya bahwa para pemimpin organisasi teroris berbahaya ini tidak boleh tinggal dengan nyaman di mana pun, termasuk kota besar milik salah satu sekutu dan mitra utama kami,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, dikutip Reuters.
Miller sendiri tak secara tegas membenarkan kabar kehadiran anggota Hamas di Turki.
Sementara itu, Hamas membantah laporan pemindahan markas besarnya ke Turki, dengan mengatakan bahwa ini adalah “rumor yang coba disebarkan Israel dari waktu ke waktu.” (blq/rds)