Jakarta, CNN Indonesia –
Tiongkok mempunyai banyak ilmu bela diri unik yang menarik untuk dipelajari dan dipelajari. Salah satunya adalah kungfu.
Di Tiongkok, ada beberapa gaya kungfu. Beberapa diantaranya adalah Kung Fu Shaolin, Kung Fu Wing Chun, Kung Fu Sanda dan Kung Fu Tai Chi. Semua sekolah kungfu ini biasanya diciptakan oleh biksu Buddha atau Hindu.
Namun, Tiongkok juga memiliki gaya kung fu yang dikembangkan oleh kelompok agama Islam. Gaya kung fu ini disebut Chaquan.
Chawan adalah gaya kungfu Tiongkok yang dikembangkan oleh kelompok Muslim Hui yang tinggal di Provinsi Shandong.
Awalnya Chan Kung Fu dikembangkan oleh seorang jenderal muslim berpengaruh di Tiongkok bernama Huang Zong Chi. Saat itu, ia menyebut ilmu bela diri itu Jiazi Chuan, seperti dikutip Enso Martial Arts.
Saat Tiongkok masih berupa kerajaan, pada masa Dinasti Ming, Jenderal Huang ikut berperang melawan musuh. Dalam pertempuran ini, dia terluka parah dan kehilangan nyawanya.
Beruntungnya Jenderal Huang ditolong oleh penduduk Desa Xinjiang. Di desa itu ia dirawat dengan penuh kasih sayang hingga ia sembuh dan mampu beraktivitas seperti biasa.
Setelah menyatakan kesembuhannya, Jenderal Huang pun mengajari penduduk desa Xi Jinyang ilmu bela diri yang dikembangkannya, Jiaziquan. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk rasa terima kasihnya karena masyarakat Xinjiang telah menjaganya. Dia mengubah namanya menjadi Kecil.
Penduduk desa Xinjiang sangat tertarik mempelajari seni bela diri Jiazi Chuan. Oleh karena itu, Jenderal Huang memanggil bawahannya Cha Yuanyi untuk mengajari orang-orang di sana seni bela diri.
Seni bela diri Jiaziquan yang diajarkan Huang dan Chan kepada penduduk Xinjiang sangatlah berbeda. Huang mengajarkan teknik yang disebut Dajiaquan (tinju berbingkai besar) dan Cha mengajarkan teknik Xiaojiaquan (tinju berbingkai kecil).
Terlepas dari perbedaannya, teknik-teknik ini efektif bila dikombinasikan satu sama lain seperti yang disebutkan dalam Lohan Wushu.
Bersambung di halaman berikutnya…