Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan pejabat Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan mengatakan Presiden Yoon Suk Yeol memerintahkan badan intelijen untuk menangkap para pemimpin oposisi selama darurat militer.
Wakil Direktur Pertama NIS Hong Jang Won mengatakan Yoon pada Selasa (12/03) memerintahkan dia untuk menangkap politisi terkemuka, termasuk pemimpin oposisi dan pemimpin partai, saat dia berada di kantor. Perintah itu dikeluarkan setelah Yoon segera mengumumkan keadaan darurat.
“Ambil kesempatan ini untuk menangkap mereka dan menghancurkan mereka semua,” kata Hong menirukan perintah Yoon, menurut The Korea Herald pada Jumat (12/6).
Hong mengatakan dia diperintahkan untuk menangkap enam pemimpin politik senior, termasuk ketua Partai Kekuatan Rakyat Han Dong Hoon; Ketua Partai Demokrat Korea sebagai partai oposisi utama, Lee Jae Myung; Park Chan Dae, pemimpin senior Partai Demokrat Korea; Cho Kuk, Ketua Asosiasi Pembangunan Kembali Korea; Anggota Parlemen Jung Chung Rae; dan Ketua Majelis Nasional Woo Won Shik.
Selain itu, ia diperintahkan untuk membantu Komando Kontra Intelijen Pertahanan dalam menangkap enam orang, termasuk mantan Hakim Agung Kim Myeong Soo dan jurnalis liberal Kim Ou Joon.
Hal ini diumumkan pada hari Jumat pada konferensi pers yang diberikan oleh Kim Byung Kee dari Partai Demokrat.
Laporan Hong membenarkan laporan sebelumnya bahwa Presiden Yoon berencana menangkap semua saingan politiknya selama darurat militer.
Namun, Hong menolak perintah tersebut dan dipecat karena ketidakhadirannya.
Sementara itu, kepala NIS Cho Tae Yong membantah konfirmasi Hong. Dia mengatakan Presiden Yoon tidak memerintahkan penangkapan NIS dan Yoon tidak memecat Hong karena pengkhianatan.
“Saya ingin tegaskan bahwa presiden tidak meminta petugas NIS untuk menangkap politisi. Presiden tidak mengeluarkan surat perintah penangkapan sebelum atau sesudah pemberlakuan darurat militer,” kata Cho dikutip Korea Herald.
“NIS tidak punya kewenangan investigasi sehingga tidak bisa mengeluarkan surat perintah penangkapan. NIS tidak ada hubungannya dengan itu,” kata Cho.
Cho menjelaskan, pemecatan Hong dari jabatan direktur eksekutif dilakukan bukan karena adanya oposisi, melainkan karena “Hong mengetahui tujuan menjaga kebebasan politik”.
Komando Kontra Intelijen Pertahanan juga membantah klaim Hong. Mereka mengatakan mereka belum menerima perintah untuk menangkap para politisi tersebut. (blq/baca)