Jakarta, CNN Indonesia —
Utusan Presiden Hashim Jojohadikusumu menegaskan, pemerintah belum berencana menonaktifkan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) sebelum tahun 2040.
Klarifikasi tersebut dilakukan untuk mencegah permasalahan yang semakin besar di Indonesia yang berencana menutup seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2040. Hashem menegaskan, laporan yang beredar tidak akurat.
“Dari pemahaman saya dan pihak lain, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada tahun 2040. Sudah dipublikasikan di media berbahasa Inggris,” kata Hashim saat peluncuran kerja sama bilateral Indonesia dan Norwegia. Pada Selasa (10/12), tahap keempat dan sosialisasi hasil UNFCCC UNCOP29 berlangsung di Jakarta.
“Ini sepenuhnya salah. Indonesia tidak percaya pada penarikan bertahap. Kami percaya pada penarikan bertahap,” tambahnya.
Hashim mengatakan tujuan dari penghentian bertahap, atau penurunan bertahap, adalah untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan pada batu bara tanpa sepenuhnya menutup seluruh pembangkit listrik.
“Kami tidak akan menghentikan pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap sebelum tahun 2040. [Tetapi] kami tidak akan membangun pembangkit listrik tenaga batubara baru. Jadi menurut saya itu sangat penting,” tambahnya.
Ia juga mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah memilih jalur moderat dalam transisi energi.
“Kami memilih jalan tengah, kami tidak memilih jalan ekstrem. Menutup semua pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2040 akan menjadi penyakit ekonomi industri dan, menurut saya, penyakit politik bagi para pemimpin masa depan yang akan mengikuti jejak Prabowo,” kata Hashim.
Sebagai bagian dari strategi transisi energi, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan secara signifikan.
Hashim menjelaskan, pada tahun 2025 hingga 2040, sekitar 75% listrik akan bersumber dari sumber energi baru terbarukan. 25% sisanya akan berasal dari sumber energi transisi seperti gas alam dan tenaga nuklir.
“Itu tidak benar. Saya membaca kritik di media internasional tentang ambisi yang tidak realistis dan sebagainya. Benar, tidak realistis,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden ketujuh Indonesia, Joko Widodo, menegaskan komitmen Indonesia untuk menutup seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2050 dan melakukan transisi ke energi ramah lingkungan. Pernyataan tersebut disampaikannya pada upacara pembukaan pameran industri internasional Hannover Messe. 2023 di Jerman.
“Pada tahun 2025, 23% energi akan berasal dari EBT. Pada tahun 2050, semua pembangkit listrik tenaga batu bara akan ditutup. Kita ngomong, bukan sekedar ngomong,” kata Jokowi seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (4 /17).
Dengan peluang tersebut, Jokowi memberikan peluang investasi kepada pengusaha dan investor Jerman untuk berkontribusi dalam transisi energi Indonesia.
(universitas dunia/dmi)