Jakarta, CNN Indonesia —
Para peneliti di Zayed National Museum (ZNM), Uni Emirat Arab, berhasil menemukan teks yang tersembunyi di bawah lapisan hiasan emas pada halaman Blue Quran berusia 1000 tahun. Apa isinya?
Penemuan ini terungkap berkat teknologi pencitraan canggih yang mampu mengungkap detail yang tidak terlihat oleh mata manusia.
Al-Qur’an Biru merupakan salah satu mushaf Al-Qur’an yang paling langka dan penting. Naskah tersebut diyakini berasal dari abad ke-9 hingga ke-10 dan dikenal dengan halaman khasnya yang berwarna biru tua atau nila, dihiasi dengan tatahan perak dan kaligrafi emas.
Teks dalam manuskrip ini ditulis dalam aksara Kufi, gaya kaligrafi Arab tertua yang sulit dibaca saat ini. Para ahli meyakini naskah tersebut awalnya terdiri dari 600 halaman kulit domba, namun saat ini hanya 100 halaman yang diketahui keberadaannya dan tersebar di museum dan koleksi pribadi di seluruh dunia.
“Diperkirakan hanya ada satu eksemplar Blue Quran, padahal halamannya yang hampir 100 halaman diketahui telah membuat terpesona para pelajar selama puluhan tahun,” kata kurator ZNM, Nurul Iman binti Rusli, seperti dilansir Newsweek Done, Kamis (5 /) 12).
Teknologi pencitraan multispektral yang digunakan tim ZNM mampu mengungkap teks dan gambar yang pudar atau tersembunyi di balik lapisan dekorasi. Pada halaman yang diperiksa, terungkap bahwa hiasan emas yang rumit kemungkinan ditambahkan untuk menutupi kesalahan yang dilakukan oleh juru tulis naskah.
Mengingat tingginya biaya pembuatan halaman dari kulit domba yang diwarnai dengan warna nila, pemulihan halaman baru dianggap terlalu mahal. Oleh karena itu, pola dekoratif digunakan untuk menyembunyikan teks yang salah.
“Teknologi canggih yang digunakan untuk memberikan pencerahan baru pada halaman-halaman naskah ini membantu memberikan perspektif tambahan terhadap produksi salinan Alquran langka ini,” kata Rusli.
Meski asal usul manuskrip ini masih menjadi misteri, para ahli menduga mungkin berasal dari Afrika Utara, Irak, atau Andalusia di Spanyol selatan. Lima halaman manuskrip tersebut diharapkan akan disumbangkan ke Museum Nasional Zayed setelah museum resmi dibuka.
Penemuan tersebut tidak hanya membuka wawasan baru mengenai proses produksi Al-Qur’an Biru, namun juga menyoroti pentingnya teknologi modern dalam mengungkap sejarah yang tersembunyi.
“Penelitian Museum Nasional Zayd tentang Al-Qur’an Biru memberikan wawasan baru tentang asal-usul dan produksi naskah penting ini,” kata Mai al-Mansouri, Associate Curator ZNM.
Apa isinya?
Sekilas, bagian rumit ini biasanya terlihat seperti hiasan. Namun, dengan menggunakan teknik canggih, peneliti mampu menemukan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Menurut Turkiye Today, penemuan tersebut mengungkap bahwa di balik hiasan tersebut terdapat kesalahan penulisan ayat Surah An-Nisa yang diliput oleh penulis aslinya.
Peningkatan ini, yang tersembunyi di balik hiasan artistik, hanya dapat dilihat melalui pencitraan multispektral, sebuah teknik yang memungkinkan para ahli mengungkap tekstur yang sebelumnya tidak terlihat atau memudar.
Menurut pejabat museum, perbaikan seperti ini jarang ditemukan pada manuskrip-manuskrip Islam pada periode ini, dan memberikan wawasan berharga mengenai praktik para penulis awal.
Al-Qur’an Biru diyakini disusun pada akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10, kemungkinan besar oleh komunitas Muslim Kairouan, yang terletak di Tunisia modern. Naskah yang terkenal dengan tinta biru dan kaligrafi emas dan perak yang indah di atas perkamen domba ini terdiri dari sekitar 600 halaman.
Dari jumlah tersebut, hanya 100 halaman yang diketahui keberadaannya, dan lima halaman disimpan di Museum Nasional Zayed, menjadikannya artefak yang sangat berharga. (wnu/dmi)