
Jakarta, CNN Indonesia –
Pembalap Astra Honda Racing Team Mohammad Adananta Putra mengaku meski selalu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi di sirkuit, namun ia takut ngebut di jalan raya.
Pembalap SS600 di Asia Road Racing Championship (AARC) mengatakan bahwa pesaing sebenarnya ada di jalan raya, bukan di jalan raya.
“Sebenarnya menurut saya itu motor balap dan motor biasa. Tapi kalau di jalan raya, saya takut kecepatan. Jadi kalau mau Quick, saya ke sirkuit saja,” ucapnya. . Adenanta, Jakarta, Selasa (10/12).
Pembalap berbakat asal Mageton itu pun ngeri melihat balap liar di jalanan. Menurutnya, hal terpenting yang membuat para bug takut adalah tidak adanya standar keselamatan selama bertanding. Oleh karena itu, selama 6 tahun Adenata telah mewujudkan kecintaannya terhadap motorsport.
“Saya juga takut kalau melihat balap liar karena tidak aman. Kalau sampai terjadi apa-apa, hampir fatal. Saya tidak mau mencoba balap [ilegal],” ujarnya.
Meski kampanye politik aman, tambahnya, bukan berarti membuka jalan tidak berarti tanpa risiko serius. Ia mengatakan beberapa kali mengalami luka berat setelah terjatuh dari sepeda motor.
“Paling banyak yang cedera adalah patah tulang. Jenis tulangnya bermacam-macam, ada bahu, pergelangan tangan, kaki, dan lain-lain. Pemulihannya lama,” ujarnya.
Selain itu, kompetitor berusia 20 tahun itu mengaku sudah belajar mengantisipasi keadaan sirkuit. Ia mengatakan, calon harus mampu berpikir cepat ketika terjadi kecelakaan karena tidak ada pelatihan khusus untuk menghadapi kecelakaan.
“Yang terpenting, para peserta lomba harus tahu apa yang harus dilakukan jika terjatuh. Sebisa mungkin turun dari motor jika terjatuh, jangan diam di atas motor karena itu sangat menakutkan,” ujarnya.
“Saat kita turun dari motor, buatlah badan sekecil mungkin, seperti meringkuk untuk mengurangi benturan pada badan. Tidak ada latihannya. Kita sudah memikirkan, tapi latihan latihannya adalah saat kita kalah.” Dia menambahkan. (kakak/maaf)