Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden AS Joe Biden menyatakan jatuhnya rezim Assad sebagai “keadilan mendasar” bagi Suriah. Berita itu muncul beberapa jam setelah Suriah meninggalkan Suriah dan pemberontak memasuki Damaskus.
Media Rusia melaporkan pada Minggu (12/8) bahwa Bashar al-Assad tiba di Moskow bersama keluarganya setelah melarikan diri dari Suriah selama beberapa jam.
Biden kemudian mengatakan bahwa Bashar al-Assad, yang kini digulingkan, harus bertanggung jawab atas pemerintahannya di Suriah, tempat pemerintahannya digulingkan.
“Akhirnya rezim Assad telah jatuh. Rezim ini telah melakukan kebrutalan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap ratusan ribu warga Suriah yang tidak bersalah. Jatuhnya rezim ini adalah tindakan keadilan mendasar.”
Ia mengatakan di Gedung Putih bahwa ini adalah momen peluang bersejarah bagi rakyat Suriah untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara kebanggaannya.
Dia menekankan bahwa AS akan bekerja sama dengan mitra dan pemangku kepentingan di Suriah untuk membantu memanfaatkan peluang manajemen risiko.
Biden juga menyinggung tindakan yang akan diambil AS pasca jatuhnya rezim Assad, salah satunya adalah memberikan keamanan pada masa transisi, termasuk bagi negara tetangga Suriah.
Dia berkata: “Kami akan mendukung negara-negara tetangga Suriah, termasuk Yordania, Lebanon, Irak dan Israel, jika ada ancaman dari Suriah selama masa transisi ini.”
Menurut Biden, Amerika Serikat akan membantu menjamin stabilitas di Suriah timur dengan memprioritaskan upaya untuk membendung pertumbuhan ISIS.
“Dengan melindungi seluruh personel, kami melindungi personel kami dari segala ancaman dan misi kami melawan ISIS, termasuk keamanan pusat penahanan yang menahan pejuang ISIS.”
Ketiga, Biden menambahkan, “Amerika Serikat akan bekerja sama dengan semua kelompok di Suriah, termasuk proses yang dipimpin PBB, untuk membangun transisi dari rezim Assad menuju Suriah yang merdeka dan berdaulat dengan konstitusi baru dan pemerintahan baru.”
Rezim Bashar al-Assad di Suriah terkukuhkan pada Minggu (12/8) setelah pasukan militer rezimnya kehilangan kendali atas kota Damaskus yang berada di bawah kendali pasukan oposisi bersenjata sejak Sabtu (7/7). 12).
Konflik di Damaskus merupakan babak terakhir dari perang saudara Suriah yang telah berlangsung sejak tahun 2011.
Bentrokan sengit antara pasukan rezim dan oposisi dimulai pada 27 November di daerah pedesaan sebelah barat Aleppo di Suriah utara.
Pergerakan cepat kelompok oposisi membuat militer Suriah lengah, dan rezim Assad kehilangan kendali atas negara itu satu per satu, dimulai dari Idlib, Aleppo pada 30 November dan Hama pada 5 Desember. (tim/chri)