Jakarta, CNN Indonesia —
Chairman sekaligus pendiri CT Corp Chairul Tanjung mendapat sambutan hangat saat mengunjungi Perdana Menteri Kamboja Hun Man pada Minggu (24/11).
Pertemuan Chairul Tanjung dengan Perdana Menteri Hun Manet juga didampingi oleh Menteri Senior Kamboja Datuk Dr. Othsman Hassan, Menteri Perdagangan Kamboja Chum Nimul dan pejabat Kabinet lainnya.
Tak sendirian, Chairul hadir bersama mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh, serta pengusaha Joefly Joesoef.
Rombongan Chairul tiba sekitar pukul 15.50 waktu Kamboja, Jumat (22/11/2024). Usai resepsi protokoler singkat, mereka langsung bertemu pada pukul 16.00 dengan Perdana Menteri Hun Manet yang dilantik tahun 2023 yang hadir di lokasi. . pelantikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Jakarta pada 20 Oktober 2024.
Suasana pertemuan itu cair. Usai menanyakan kabar tersebut, Perdana Menteri Hun Manet mengawali pembicaraan dengan menyampaikan beberapa peluang investasi dan bisnis yang ada di Kamboja dari berbagai sektor.
“Perekonomian Kamboja memang tidak sebesar Indonesia, tapi kita punya akses pasar yang juga besar. Misalnya ekspor ke Asia, Amerika, dan Eropa. Sektor keuangan menjadi salah satu yang berkembang di Kamboja. juga menjanjikan pertumbuhan dari real estate, dari pertanian dan IT,” lanjut Perdana Menteri Hun Manet mengawali diskusi.
Selain itu, Perdana Menteri Hun Manet juga menyinggung destinasi wisata utama Kamboja, Angkor Wat. Ia mengatakan, pembangunan sarana dan prasarana di kawasan wisata berupa candi abad ke-12 terus meningkat.
“Hotel di Angkor Wat semakin banyak, kami juga telah menyelesaikan bandara baru untuk membuka koneksi yang lebih luas dari berbagai tujuan ke Angkor Wat di kawasan Siem Reap,” lanjut Perdana Menteri Hun Manet.
Chairul Tanjung yang juga memiliki basis bisnis keuangan di Indonesia – melalui Bank Mega dan Allo Bank – langsung menerima “pembukaan diskusi” Perdana Menteri Hun Manet. Ia mengatakan, tentu akan menyambut baik peluang investasi di alam terbuka, namun tetap harus melihat kelayakan usahanya nanti.
Bagi Angkor Wat, potensi yang bisa diwujudkan adalah pengembangan ekosistem kawasan pariwisata. Jadi wisatawan tidak hanya datang untuk menikmati candi yang luasnya 162,6 hektar ini, tapi juga mengembangkan aktivitas menarik lainnya yang bisa dinikmati.
“Inilah yang disebut ekosistem. Di mana kita membangun destinasi atau kegiatan lain agar wisatawan bisa tinggal lebih lama dan mengeluarkan anggaran lebih besar untuk pariwisata di daerah. Nanti kita lihat apa yang bisa dilakukan bersama-sama. Karena kita juga punya jaringan hotel, taman hiburan indoor dan lain sebagainya,” jelas Chairul Tanjung.
Tidak mengherankan jika Perdana Menteri Hun Manet menyambut baik usulan tersebut dengan antusias. Ia juga meyakini konsep ekosistem destinasi pariwisata mempunyai kekuatan lebih untuk membuat wisatawan merasa nyaman sehingga bisa berkontribusi lebih besar dan menjadikan sektor pariwisata Kamboja lebih giat.
“Selain itu, kami memiliki struktur insentif bagi investor. Hal ini untuk membangkitkan minat dan memudahkan investor dalam mengembangkan perekonomian Kamboja. Kami siap mendiskusikan insentif apa saja yang bisa kami tawarkan,” lanjutnya.
Topik bahasan lain dalam pertemuan tersebut adalah terkait peluang kerja sama di dunia pendidikan Kamboja. Hal ini diungkapkan mantan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh yang tergabung dalam fraksi tersebut. M Nuh mengatakan kemungkinan tersebut bisa dilakukan terutama pada pendidikan tinggi dan advokasi.
Maklum, bahasa Kamboja sulit dipelajari, bahkan staf kedutaan yang penulis temui saat kunjungan ke Kamboja pun mengakui hal tersebut. Namun tampaknya ada sejumlah pegawai pemerintah Kamboja yang sangat fasih berbahasa Indonesia. Usut punya usut, ternyata mereka kuliah di kampus-kampus di Indonesia, di antaranya yang penulis temui berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Sebelas Mareti (UNS), Solo.
“Tidak bisa memaksa masyarakat untuk membeli televisi, tapi masyarakat membutuhkan pendidikan dan orang tua juga memaksa anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Jadi investasi di bidang pendidikan sangatlah penting. Faktanya, Kamboja memiliki empat kementerian yang menangani bidang pendidikan, mulai dari sekolah dasar. dan pendidikan tinggi hingga pengacara,” tutupnya Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. (rds)