Jakarta, CNN Indonesia –
Persatuan Kesejahteraan Rakyat (ormas) Projo mengumumkan niatnya menjadi partai politik setelah mendapat posisi sebagai kelompok relawan pendukung Joko Widodo (Jokowi). Banyak pengamat yang melihat hal ini sebagai ujian terhadap kekuatan politik Jokowi pasca menjabat sebagai presiden.
Niat Projo menjadi partai sudah terlihat sejak Pilpres 2024, saat menjadi salah satu kekuatan yang mengalahkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Namun elite Projo berkali-kali menyatakan tak berniat menjadi partai politik. Mereka masih sibuk berusaha merebut Gibran, putra sulung Jokowi, sebagai wakil presiden.
Belakangan ini beredar rumor bahwa Projo kembali berpesta. Kelompok Pembiayaan Umum Projo membenarkan kemungkinan Barus akan mengubah struktur lembaganya.
Kepada fun-eastern.com, Minggu (27/2018), panel mengatakan: “Apakah Projo akan menjadi partai atau tidak, itu tergantung terutama pada kemauan rakyat. Kedua, semua perubahan di Projo akan dibahas dan diperdebatkan dalam kongres. .” ) 10).
Anggota dewan menyampaikan Kongres Projo baru akan digelar pada Desember 2024. Saat ini mereka sedang menyusun perencanaan acaranya.
Sementara itu, rumor Projo menjadi partai sampai ke telinga Jokowi. Ia tidak menghalangi pengikutnya untuk membentuk partai baru.
Ya, tergantung Projo, kata Jokowi di Soto Triwindu, Minggu, 27/10.
Asrinaldi, pengamat politik Universitas Andalas, mengatakan program tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat Projo dan Jokowi pasca pergantian presiden.
Projo, kata dia, perlu membuktikan bahwa pendiriannya realistis. Kekuasaan Jokowi pasca-pengunduran diri akan diuji jika para pengikutnya ikut serta dalam keributan politik.
Selasa (29/10), Asrinaldi mengatakan, “Projo akan bisa menunjukkan apakah benar ada massa atau tidak, karena selama ini masyarakat mengira Projo adalah kelompok orang dekat Pak Jokowi.”
Menurut Asrinaldi, Projo akan menghadapi persoalan sulit jika menjadi parpol sungguhan. Pasalnya, banyaknya partai baru tidak mampu mengubah mayoritas partai lama.
Ia mencontohkan Perindo yang kalah dalam dua pemilu meski mendapat dukungan dari pemodal ventura dan media yang kuat. Begitu pula PKPI, kekuasaannya terus berkurang meski parameternya sama dengan AM Hendropriono.
Arifki Chaniago, Chief Operating Officer Aljabar, juga menilai Projo kesulitan bersaing dengan pihak lain. Apalagi, Projo hadir sebagai partai pengusung lambang Jokowi. Faktanya, masih banyak partai lain, seperti PSI, yang mengidentifikasi diri sebagai pendukung Jokowi.
Apalagi, Projo hanya akan bergantung pada desain Jokowi. Arifki mengingatkan Jokowi, dirinya masih belum sekuat saat menjadi presiden.
Bagaimana Projo bisa bersaing dengan Presiden Prabowo? Sebaliknya, Projo tidak bisa hanya menggunakan basis politik Jokowi karena PSI juga dikendalikan langsung oleh putra Jokowi, Kaesang, kata Arifki.
Arifki ragu Jokowi akan menyerah dengan perdebatan Projo menjadi partai politik. Baginya, status Jokowi terlalu tinggi untuk memimpin partai baru.
Dia mengatakan PSI akan memiliki infrastruktur politik yang matang jika diinginkan oleh Jokowi. Namun hingga saat ini, Jokowi masih mengadakan pesta.
Kata Arifki, “Yah, mungkin tidak kalau masuk. Karena kalau masuk, mungkin kurang berpihak pada Pak Jokowi.”
Kata Asrinaldi. Menurutnya, Jokowi hanya ingin menjadi perdana menteri jika ada peluang bagi partai kuat seperti Golkar.
Namun Asrinaldi melihat Jokowi tetap menghadiri acara Projo. Dia melihat Jokowi menjadi bugar tetapi bukan pemimpin pada hari itu.
“Boleh jadi konsultan atau ketua dewan penasehat sebagai simbol,” ujarnya.
Kepentingan dibalik Partai Projo
Menurut Asrinaldi, pembicaraan soal Projo menjadi partai bukan datang dari Jokowi. Menurutnya, ide tersebut bersifat sukarela.
Ia mengatakan, para relawan membutuhkan dorongan setelah Jokowi lengser. Saat ini mereka mengandalkan peran Jokowi sebagai presiden.
“Kalau Pak Jokowi bukan orang yang kuat berkuasa, secara langsung mereka juga tidak akan mendapat manfaat,” kata Asrinaldi.
Ditambahkannya, “Mereka tahu Pak Jokowi masih punya banyak pendukung, dan Projo bisa menggalang dukungan itu. Mereka berharap bisa merebut kursi, yang juga memperkuat partisipasi Projo dalam program politik sebagai partai.”
Orifki melihat Projo punya kepentingan di balik pembentukan partai tersebut. Meski sejauh ini mereka telah mengerahkan seluruh upayanya dalam pemilihan presiden, namun mereka gagal.
Pada Pilpres 2019, mereka tidak mendapat jatah kursi kabinet. Jabatan wakil menteri diserahkan Jokowi kepada Ketua Projo Budi Arie Setiadi usai pidato publik.
Usai Pilpres 2024, Projo hanya mendapat satu kursi. Budi Arie dimutasi dari Menteri Komunikasi dan Media menjadi Menteri Koperasi.
“Projo dianggap relawan lain. Beda dengan partai, PSI dan Gelora, meski tidak duduk di parlemen, tapi punya suara tertentu, 3% atau 2% pemilih. Relawan tidak punya basis massa seperti itu,” ujarnya. kata (dhf/tsa).