
Jakarta, CNN Indonesia —
Kasus pembunuhan Brian Thompson, pimpinan perusahaan asuransi besar di Amerika, menarik perhatian publik di Internet. Alih-alih mengkritisi tindakan pelaku penembakan Luigi Mangione, warganet malah ramai menunjukkan dukungannya kepada tersangka.
Seiring terungkapnya kasus ini, Mangione pun mendapat dukungan luas di media sosial. Tagar seperti #JusticeForLuigi pun beredar sehingga menimbulkan berbagai opini yang menggambarkan Mangione sebagai “pejuang kecil” melawan ketidakadilan.
Mengapa masyarakat mendukung Mangione, yang jelas-jelas bersalah karena membunuh eksekutif asuransi?
Psikiater yang juga Ketua Yayasan Tabula Rasa Arnold Lukito mengatakan, dukungan terhadap pelaku bukan yang pertama kali terjadi. Dalam konteks ini, dukungan terhadap Mangione mencerminkan ketidakpuasan masyarakat yang mendalam terhadap sistem asuransi kesehatan AS.
“Bukan hanya Mangione atau Thompson sebagai individu, ini tentang ketidakpuasan terhadap ketidakadilan. Dalam kondisi seperti ini, tindakan serius pun bisa dianggap sebagai bentuk perlawanan,” kata Arnold saat dihubungi fun-eastern.com, Jumat (13/12). ). . ).
Selain itu, ada banyak hal yang dapat memotivasi banyak orang untuk mendukung mereka yang melakukan kejahatan dalam beberapa kasus. Simpati untuk para korban sistem
Situasi ini terlihat jelas ketika Mangione terlibat.
Masyarakat cenderung bersimpati terhadap individu atau kelompok yang dianggap sebagai korban ketidakadilan. Arnold mengatakan dalam hal ini, Mangione dianggap mewakili banyak orang yang merasa tidak puas dengan sistem asuransi kesehatan AS.
Ketika terungkap kisah Mangione muncul sebagai pahlawan, publik pun kaget, padahal perbuatannya melanggar hukum.
“Brian Thompson dipandang sebagai simbol sistem yang hanya mengejar keuntungan tanpa mengkhawatirkan penderitaan rakyat kecil,” ujarnya. Hubungan pribadi
Era media digital juga mempengaruhi opini masyarakat. Dalam beberapa pemberitaan media, Mangione digambarkan sebagai ayah pekerja keras yang berjuang untuk keluarganya. Pernyataan ini menciptakan rasa hubungan emosional dengan Mangione.
“Hubungan yang saya maksud, hubungan satu arah yang dibangun melalui media, membuat masyarakat merasa lebih dekat dengan Mangione,” kata Arnold.
Mangione, kata Arnold, dipandang sebagai “orang seperti kita” yang berjuang melawan ketidakadilan. Oleh karena itu, media seringkali menyetujui atau mendukung tindakannya.3. Pelecehan terhadap korban
Fenomena ini juga mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap korban. Arnold mengatakan bahwa orang-orang seperti Brian Thompson, yang tinggi pada sistem yang dianggap tidak adil, sering kali melakukan kekerasan.
“Masyarakat tidak lagi memandang korban sebagai individu yang memiliki nyawa, nilai, dan keluarga. Thompson dipandang sebagai simbol ketidakadilan. Hal ini memudahkan masyarakat untuk mendukung Mangione tanpa rasa bersalah,” ujarnya.
4. Hashtag dan Informasi Media Sosial
Di media sosial, tagar seperti #JusticeForLuigi menggalang dukungan untuk Mangione. Banyak netizen yang menulis bahwa tindakannya mewakili “oposisi” terhadap sistem korup yang kerap menyulitkan kehidupan generasi muda. Cerita ini berkembang tanpa memperhatikan kompleksitas permasalahan yang sebenarnya.
“Begitu masyarakat terbawa arus emosi dan cerita di media sosial, opini mereka bisa menjadi bias. Mereka mulai melihat kekerasan sebagai bentuk respons yang sah terhadap ketidakadilan,” kata Arnold (tst/asr).