Jakarta, CNN Indonesia —
Mandi junub merupakan salah satu bentuk thahara atau bersuci dalam Islam yang bertujuan untuk menghilangkan hads-hads besar agar seseorang dapat kembali beribadah.
Dalam melakukan hal tersebut, seorang muslim harus mengikuti tata cara yang ditetapkan dalam syariat dan menghindari hal-hal yang membatalkan mandi junub.
Kesalahan kecil seperti tidak membasuh sebagian tubuh atau lupa niat bisa membatalkan mandi junab. Oleh karena itu, ibadah yang dilakukan setelahnya juga tidak diterima. Apa itu mandi junub?
Diambil dari Panduan Sederhana dan Lengkap Sholat Wajib dan Sunnah Menurut Rasulullah, mandi junub adalah mandi yang dilakukan untuk mengeluarkan hadd besar dari tubuh kita akibat dari amalan wajib menunaikan hadd besar.
Haid dan nifas, vilada atau keadaan wanita yang telah melahirkan dibahas, serta janaba akibat jimak atau persetubuhan dan ejakulasi. Dalam hal ini, tidak diperbolehkan shalat sebelum berwudhu di bulan junub.
Selain itu, mandi junub juga diartikan sebagai perbuatan menyiram tubuh dengan niat, syarat dan aturan tertentu. Bukti tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekatkan shalat dalam keadaan mabuk sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan dan janganlah (mendekati masjid ketika ada) dalam keadaan junub, kecuali lewat sampai kamu berwudhu (junub). …” (K.S. An Nisa : 43).
Hal yang membuat kamar mandi junub salah
Mandi junub memiliki syarat dan aturan tertentu yang harus dipatuhi agar dianggap sah. Jika ada kesalahan dalam penerapannya, maka mandi junub bisa menjadi tidak sah dan masih menjadi bagian dari hadits utama.
Agar lebih jelas, berikut beberapa hal yang menjadikan mandi junub salah 1. Tidak membaca maksudnya
Dalam Islam, niat merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum memulai segala bentuk ibadah, termasuk mandi junub. Niat memegang peranan penting dalam menentukan sah atau tidaknya ibadah di hadapan Allah SWT.
“Sesungguhnya segala pekerjaan bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan menerima sesuai dengan niatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jadi niatlah yang menjadi pembeda utama antara mandi biasa dan mandi kembali shalat. Jika tidak membaca niat sebenarnya maka mandi anda dianggap tidak sah. Kekuatan rekatnya belum sepenuhnya habis
Rukun mandi junub yang kedua adalah menghilangkan segala kotoran dari dalam tubuh. Hal ini dilakukan sebelum mandi agar tubuh benar-benar bersih dari kotoran.
Pasalnya, jika hadis tersebut masih menempel di badan saat mandi, maka mandi junub bisa dianggap batal. Jangan mengoleskan air ke seluruh tubuh
Untuk memenuhi syarat sahnya mandi junub, maka airnya harus mengalir merata ke seluruh tubuh, mulai dari atas kepala hingga bagian kulit yang tersembunyi.
Air harus menyentuh seluruh bagian tubuh tanpa kecuali. Sebab bila ada daerah yang tidak terjangkau air, maka mandi junub tidak sah. Air tidak mengalir jauh ke dalam kulit dan akar rambut
Dalam mandi junub, memastikan air mengalir ke seluruh tubuh, termasuk kulit bagian dalam dan akar rambut, merupakan syarat keutuhan mandi. Jika ada bagian tubuh yang hilang maka mandi junab dianggap tidak sah.
Oleh karena itu, agar air benar-benar menjangkau seluruh bagian tubuh, sebaiknya olesi tubuh dengan tangan saat mandi. Ini membantu air menjangkau tempat-tempat yang sulit dijangkau 5. Jangan mandi dengan air suci
Mandi junub sebaiknya dilakukan dengan air suci atau dalam Islam dikenal dengan air mutlak. Menurut Kementerian Kesehatan, air absolut merupakan jenis air murni dan tidak bercampur dengan kotoran atau feses sehingga dapat digunakan untuk pembersihan.
Apabila air yang digunakan tidak memenuhi syarat kesucian, maka mandi junub dianggap tidak sah karena tidak dapat menghilangkan hades mayor.
Bagaimana dengan rambut atau kuku patah?
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai wajibnya membasuh bagian tubuh yang dihilangkan, seperti rambut yang rontok atau pemotongan kuku.
Berdasarkan informasi di laman islam.nu.or.id, sebagian besar ahli berpendapat bahwa tidak perlu mencuci rambut atau kuku yang keluar dari tubuh, asalkan ada tempat untuk menanamnya. terkena air yang sama.
Imam Mawardi mengatakan, jika air menyentuh akar rambut sebelum rontok, maka itu sudah cukup. Namun jika tidak, maka perlu dilakukan penyaluran air ke tempat tumbuhnya.
Fatwa Ibnu Shobagh mendukung pandangan bahwa hanya bagian tubuh yang masih melekat saja yang boleh dibasuh. Ide ini dinilai lebih akurat.
Syekh M. Nawawi Al-Bantani juga menegaskan, tidak boleh mengumpulkan rambut atau memotong kuku untuk dicuci saat mandi. Pastikan seluruh tubuh dibasuh sesuai syariat, termasuk rambut atau kukunya.
Demikian penjelasan tentang tata cara dan hal-hal yang membatalkan mandi junub. (han/fef)