Jakarta, CNN Indonesia —
Media Qatar Al Jazeera menyoroti penurunan kelas menengah Indonesia tahun ini yang mencapai sekitar 10 juta kasus.
Dalam artikel bertajuk ‘Kami kehilangan segalanya’: Masyarakat Kelas Menengah Indonesia, Al Jazeera mengungkapkan keprihatinan salah satu keluarga kelas menengah yang terdampak pandemi Covid-19.
Al Jazeera mewawancarai Halimah Nasution, warga Sumatera Utara yang kini berjuang untuk memulai kembali usahanya setelah terpuruk akibat pandemi.
Halimah dan suaminya Agus Saputra sehari-harinya mencari nafkah dengan menyewakan perlengkapan pernikahan, wisuda, dan ulang tahun.
Mereka bisa mengumpulkan sekitar Rp 30 juta per bulan meski dipotong untuk menghidupi saudaranya.
Meski mengantongi puluhan juta, Halimah dan Agus hanya mengeluarkan sekitar seperempat pendapatannya. Karena kondisi ini, mereka tergolong kelas menengah atas di Indonesia.
Kelas menengah atas adalah mereka yang memiliki pengeluaran bulanan antara Rp2 juta hingga Rp9,9 juta.
Nasib Halimah dan Agus dalam menyewa rumah tidak berjalan mulus. Ketika pandemi melanda, acara-acara komunal dan pertemuan sosial dilarang.
Hal ini sangat mempengaruhi bisnis mereka sehingga mereka tidak mempunyai pendapatan lagi selama pandemi.
“Kami kehilangan segalanya,” kata Halimah kepada Al Jazeera.
Pandemi mereda dan tahun pun berganti. Namun pasangan ini tidak berhasil memulihkan keadaan ekonominya.
Halimah saat ini bekerja sebagai petugas kebersihan, bekerja mulai pukul 08.00 hingga 13.00 enam hari seminggu dengan gaji bulanan sekitar Rp 1 juta.
Sedangkan suaminya, Agus, memanen buah sawit dengan gaji sekitar Rp 2,8 juta per bulan.
Bersamaan dengan itu, mereka tersingkir dari kelompok “kelas menengah”, bersama jutaan masyarakat lainnya di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik, kelas menengah Indonesia akan menyusut sekitar 10 juta pada tahun 2024, dari 57,3 juta pada tahun 2019 menjadi 47,8 juta pada tahun ini.
Pada saat yang sama, jumlah masyarakat kelas menengah atau middle class aspirasi kelas menengah meningkat dari 128,85 juta jiwa menjadi 137,5 juta jiwa.
Kedua kelompok ini mencakup sekitar dua pertiga dari 277 juta penduduk Indonesia.
“Para ekonom mengaitkan penurunan ini dengan berbagai penyebab, termasuk dampak lanjutan dari COVID-19 dan kesenjangan dalam jaring pengaman sosial negara,” tulis Al Jazeera.
Media Qatar mengutip pendapat Ega Kurnia Yazid, pakar kebijakan di Tim Promosi Pengurangan Kemiskinan Nasional yang dipimpin pemerintah, untuk mengkaji penyebab penurunan tersebut.
Menurut Yazid, penurunan tersebut terjadi salah satunya karena kelas menengah Indonesia menyumbang pendapatan pajak namun terbatas dalam menerima bantuan sosial. Yazid mengatakan sebagian besar kelas menengah hanya mampu memperoleh bantuan melalui mekanisme ketenagakerjaan formal seperti jaminan pekerjaan dan asuransi kesehatan.
Selain itu, kelas menengah juga tidak menerima bantuan efektif dalam bentuk lain, seperti bantuan tunai dan subsidi energi.
“Bentuk bantuan lain, seperti bantuan tunai dan subsidi energi, sering kali mengalami kesalahan inklusi dan tidak secara efektif ditargetkan pada kelompok ini,” kata Yazid kepada Al Jazeera.
(blq/dmi)