JAKARTA, CNN Indonesia —
Abu Mohammed al-Julani, pemimpin milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menguasai Suriah, mengatakan Suriah lelah dengan perang dan pertempuran baru, termasuk melawan Israel.
Hal itulah yang disinggung Julani saat ditanya reaksinya terhadap upaya Israel “mengeksploitasi” situasi kisruh di Suriah dengan mengerahkan pasukan untuk menduduki negara lain di Dataran Tinggi Golan. Kawasan ini pernah terlibat sengketa wilayah dengan Israel yang menduduki sebagian besar Dataran Tinggi Golan sejak tahun 1981.
“Israel jelas telah melewati garis pemisah di Suriah, yang dapat memicu eskalasi baru dan tidak adil di negara tersebut,” kata Julani, yang bernama asli Ahmed Al Sharaa, seperti dikutip AFP. /12).
Namun dalam sebuah pernyataan di saluran Telegram kelompok tersebut, Julani menambahkan: “Kelelahan terbesar Suriah adalah setelah bertahun-tahun perang dan konflik, negara ini tidak mampu lagi mengalami konflik.”
Pernyataan Julani muncul setelah pasukan Israel memasuki Dataran Tinggi Golan yang diduduki PBB setelah Presiden Bashar al-Assad digulingkan oleh militer pada 8 Desember.
Israel juga telah melakukan ratusan serangan udara terhadap aset militer Suriah, menurut pengamat militer.
Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan mereka telah menghancurkan “kekuatan militer terencana yang mengancam negara Israel.”
Zona penyangga PBB memisahkannya dari wilayah Dataran Tinggi Golan di Suriah yang diduduki Israel. Seperti PBB, gerakan Israel juga menolak gencatan senjata Israel-Suriah tahun 1974.
Israel, yang telah menduduki sebagian besar dataran strategis tersebut sejak tahun 1974, mengatakan tindakannya merupakan upaya untuk melindungi diri mereka sendiri di tengah kecurigaan politik terhadap tetangganya di utara. (rds)