Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan telah meminta Rusia dan Iran untuk tidak melakukan intervensi militer untuk mendukung pasukan pro-Bashar al-Assad setelah Assad digulingkan sebagai presiden Suriah.
“Hal yang paling penting adalah melakukan pembicaraan sehingga Rusia dan Iran tidak melakukan intervensi militer dalam masalah ini,” kata Fidan kepada stasiun televisi swasta Turki NTV, Al Arabiya melaporkan. .
Rusia dan Iran telah menjadi sekutu penting Presiden Assad sejak dimulainya perang saudara di Suriah pada tahun 2011.
Fidan memperingatkan bahwa jika Rusia dan Iran mendukung Assad, pemberontak Suriah bisa meraih kemenangan berdarah.
“Dengan dukungan Presiden Assad, pemberontak bisa menang dengan tekad mereka, tapi hal itu bisa memakan waktu lama dan penuh pertumpahan darah,” katanya.
Dia mengatakan Turki bertujuan untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia dan Iran untuk meminimalkan korban di Suriah.
Fidan mengatakan Iran dan Rusia akan segera menyadari bahwa peran mereka di Suriah telah berakhir dan bahwa Assad dianggap “tidak lagi dapat diinvestasikan” dan “tidak lagi berguna.”
Kelompok milisi berhasil menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad setelah merebut Istana Kemerdekaan di Damaskus pada akhir pekan lalu.
Ketua milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammad al-Julani mendeklarasikan kemenangan pada Minggu (8/12).
Sejak akhir November tahun lalu, milisi Hayat Tahrir al-Sham telah menyerang Suriah, dengan cepat menguasai kota-kota strategis termasuk Aleppo. Dan pekan lalu, mereka berhasil menyerbu Damaskus dan menguasai istana presiden. (rzr/wiw)