
Jakarta, CNN Indonesia —
CEO Telkom Ririek Adriancia menanggapi penggabungan XL Axiata dan Smartfren menjadi XLSmart yang baru diumumkan pekan lalu.
“Kami berharap merger ini berdampak baik bagi industri,” kata Ririek di Graha Merah Putih. Telkom Hub, Jakarta, Senin (16 Desember).
Ririek menambahkan, persaingan antar operator seluler masih ada meski pemain di Tanah Air hanya tersisa tiga.
Sebelumnya, XL Axiata, Smartfren, dan SmartTel resmi melakukan merger dengan menandatangani kesepakatan akhir pada Selasa (10 Desember). Penggabungan tersebut menghasilkan entitas baru senilai lebih dari $6,5 miliar atau sekitar Rp 104 triliun.
Dalam merger ini XL Axiata akan tetap bertahan, sedangkan Smartfren dan SmartTel akan bergabung menjadi bagian dari XLSmart.
Axiata Group Berhad (Axiata) dan Sinar Mas akan menjadi pemegang saham pengendali bersama, masing-masing memegang 34,8 persen saham XLSmart dan mempunyai pengaruh yang sama terhadap arah dan keputusan strategis perusahaan.
Jika kesepakatan tersebut rampung, Axiata akan menerima hingga USD 475 juta dari hasil pemerataan kepemilikan saham.
Penggabungan XL Axiata dan Smartfren hanya menyisakan tiga pemain di peta persaingan operator telepon seluler.
Banyaknya tiga operator telepon seluler yang beroperasi di Tanah Air diprediksi akan berdampak baik bagi industri telekomunikasi. Salah satu hal yang disampaikan Direktur dan Direktur Bisnis PT Indosat Tbk. Muhammad Danny Buldans.
“Operator telekomunikasi butuh skala, kita tahu membagi skala Indonesia empat daripada membagi tiga tentu lebih sehat jika dibagi tiga,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, merger ini bagus untuk perluasan teknologi 5G yang bisa lebih mudah terjadi.
“Saya pikir akan lebih mudah dan mudah bagi pemerintah untuk membagi spektrum tersebut.” Kalaupun sekarang meski lelang, kalau ada operator yang spektrumnya lebih sedikit dari yang lain, dianggap tidak adil bukan? Kesetaraan ini perlu diperhatikan jika ada tiga operator. “Berbagi spektrum jauh lebih mudah,” kata Denny.
“Mengapa saya membicarakan masalah spektrum?” Karena 5G pada hakikatnya adalah kepemilikan spektrum, dengan adanya tiga operator, maka penerapan 5G di Indonesia akan jauh lebih baik dibandingkan jika ada empat operator, ”imbuhnya.
(bromin/dmi)