Jakarta, CNN Indonesia —
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan, diplomasi Indonesia pada masa kepemimpinannya mengarah pada misi perdamaian terkait konflik di Suriah.
SBY merupakan Presiden RI ke-6 selama dua periode pada tahun 2004-2009 dan 2009-2014. Saat itu, negara-negara Arab sedang dilanda gejolak akibat Arab Spring dan konflik internal.
Suriah juga tidak lepas dari konflik. Pada tahun 2011, negara ini dilanda perang saudara dan memburuk hingga tahun 2012.
Menurut SBY, Indonesia akan menerapkan kebijakan yang independen dan aktif dengan tetap menghimbau pihak-pihak terkait untuk berpartisipasi dalam penyelesaian konflik Suriah.
Jadi politik boleh aktif, tapi kita juga ikut terlibat, ujarnya.
Pada masa pemerintahan SBY, Indonesia terlibat dalam diplomasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), negara-negara besar, dan anggota G20.
“Pada dasarnya, dalam surat Anda sebelumnya, bantulah dunia untuk memperhatikan hal-hal serius dan bagaimana mengakhiri tragedi kemanusiaan,” ujarnya.
Menurutnya, dunia tidak perlu berpihak pada politik, melainkan perlu memikirkan penderitaan manusia akibat konflik atau perang Suriah.
Ini yang menjadi semangat Indonesia di masa lalu. Rata-rata responnya positif, kata SBY.
Suriah telah menjadi medan pertempuran bagi negara adidaya. Rezim Presiden Bashar Al Assad didukung oleh Rusia dan Iran. Saat dia memimpin, dia dianggap otoriter dan membunuh siapa saja yang menentangnya.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat sering menyalahkan Rusia atas krisis di Suriah. Hal ini membuat konflik di sana menjadi perebutan negara adidaya, bahkan banyak warga sipil yang menderita.
Dalam kesempatan itu, SBY juga mengenang keikutsertaannya dalam KTT G20 yang digelar di St. Louis. Petersburg, Rusia pada tahun 2013. AS dan Rusia adalah anggota G20.
SBY menuturkan, saat itu situasi KTT menjadi memanas ketika isu Suriah dibicarakan.
Menurutnya, para pemimpin G20 terpecah belah. Ada yang menyerukan intervensi AS, namun ada juga yang menolak intervensi Paman Sam.
SBY menuturkan, awalnya dirinya enggan menyampaikan pandangannya di KTT tersebut karena sudah disampaikan melalui surat ke PBB. Namun, saat keadaan memanas, dia pun meninggikan suaranya.
Maksud saya, mengapa AS memandang perlu campur tangan atau tidak? Menurut saya, pertanyaannya adalah bagaimana menghentikan konflik yang luar biasa ini, kenang SBY terkait KTT G20 di Rusia.
“Di sinilah PBB harus memainkan perannya, negara-negara besar harus memainkan peran mereka,” tambahnya.
Tidak ada kesimpulan yang dicapai pada pertemuan puncak tersebut. Namun, SBY mengingatkan, saat itu Presiden Rusia Vladimir Putin mengangkat pandangan Indonesia untuk dijadikan bahan pertimbangan.
SBY juga mengatakan, situasi yang terjadi di Suriah saat ini bisa jadi merupakan kelanjutan dari Arab Spring yang telah gagal. (ayah/saudara perempuan)