Jakarta, CNN Indonesia –
Minum teh merupakan kebiasaan yang banyak dilakukan orang, baik sebelum maupun sesudah makan. Beberapa orang menggunakan teh sebagai minuman tambahan saat makan.
Namun, belakangan ini juga ada dugaan bahwa teh yang dikonsumsi bersama makanan dapat menurunkan jumlah zat besi dalam tubuh dan menyebabkan anemia. Apakah ini benar?
Johannes Chandravinata, ahli gizi RSUD Melinda Bandung, membenarkan teh mampu menurunkan penyerapan zat besi. Namun, hal ini tidak serta merta menyebabkan anemia defisiensi besi.
Risiko anemia hanya bisa terjadi jika teh dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama, apalagi jika dikombinasikan dengan pola makan rendah zat besi, kata Yohannes saat dihubungi fun-eastern.com, Selasa (17/12).
Namun, efek teh terhadap penyerapan zat besi tergantung pada jenis makanannya. Hal ini tergantung pada jenis zat besi dalam makanan dan jumlah teh yang dikonsumsi.
Zat besi dalam makanan terbagi menjadi dua jenis: zat besi heme, yang terdapat pada sumber protein hewani seperti daging merah, ikan, dan unggas.
Lalu ada zat besi langka yang berasal dari makanan nabati seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian, dan tahu.
Lantas, bagaimana teh mencegah penyerapan zat besi?
Teh mengandung zat aktif seperti tanin dan fitat yang dapat membentuk kompleks tidak stabil dengan mineral, termasuk zat besi, dalam sistem pencernaan. Proses ini disebut khelasi, dimana zat besi menjadi sulit diserap di usus.
Selain itu, teh juga mengandung polifenol, fitat, tanin, dan kalsium yang mempengaruhi penyerapan zat besi, terutama zat besi non-heme yang berasal dari makanan nabati.
Johannes menjelaskan: “Tanin dalam teh mengurangi penyerapan zat besi non-heme dengan membentuk Fe3+ (besi oksida), yaitu mineral yang tidak larut dalam air. Efek ini bahkan lebih kuat karena tidak adanya fitat dalam teh.”
Polifenol dalam teh juga berperan penting dalam mencegah penyerapan zat besi. Semakin tinggi kandungan polifenol pada teh, semakin besar pula efeknya terhadap penyerapan zat besi di usus.
Johannes juga mengatakan, selain seberapa sering teh diminum, waktu penyeduhannya juga bisa memengaruhi seberapa banyak zat besi yang diserap tubuh. Semakin gelap warna teh, semakin banyak zat besi yang diserapnya.
Artinya teh yang diseduh lebih dari 3 menit akan memberikan efek yang lebih kuat karena warnanya lebih kuat, ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan bahwa tanaman seperti asam jawa dan tahu mengandung tanin, polifenol, dan fitat yang menurunkan bioavailabilitas zat besi.
Fitat dalam kedelai dapat mengikat zat besi (Fe3+) dan membentuk kompleks yang tidak stabil di saluran pencernaan bagian atas sehingga menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh dengan baik.
βNamun bukan berarti makan asam jawa, tahu atau minum teh langsung menyebabkan anemia, prinsipnya jika dilakukan secara rutin,β ujarnya. (tst/asr)