Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperingatkan penguasa baru Suriah untuk tidak mengikuti jejak mantan Presiden Bashar Al Assad dan memulihkan kekuatan Iran di wilayah tersebut.
“Jika pemerintah ini mengizinkan Iran untuk kembali berkuasa di Suriah, atau mengizinkan pengiriman senjata Iran atau lainnya ke Hizbullah, atau menyerang kami – kami akan merespons dengan tegas, dan kami akan menuntut harga yang tinggi,” kata Netanyahu. Pesan video dari Tel Aviv, dilansir Aljazeera, Selasa (10/12).
“Apa yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya akan terjadi pada pemerintahan ini.”
Militer Israel mengatakan mereka telah melakukan setidaknya 480 serangan terhadap sasaran militer strategis di Suriah dalam 48 jam terakhir, beberapa hari setelah penggulingan Presiden Bashar al-Assad.
“Dalam 48 jam terakhir, [tentara Israel] telah menyita sebagian besar senjata di Suriah, mencegahnya jatuh ke tangan teroris,” kata militer dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa sasarannya termasuk 15 kapal angkatan laut, kapal anti-teroris. – Bandara dan pabrik senjata di beberapa kota.
Sementara itu, UEA “mengecam keras” penyitaan pemukiman di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, kata Kementerian Luar Negeri UEA, “menegaskan kembali komitmen UEA terhadap persatuan, kedaulatan, dan integritas wilayah pemerintah Suriah”.
Dalam pernyataannya pada Selasa (10/12), kementerian tersebut mengatakan pendudukan di negara tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional, termasuk perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani Israel dan Suriah pada tahun 1974.
“Selanjutnya, Uni Emirat Arab telah menyatakan penolakannya terhadap tindakan yang mengancam eskalasi lebih lanjut, meningkatkan ketegangan di kawasan, dan menghambat upaya mencapai perdamaian dan stabilitas,” ujarnya.
Pasukan Israel menutup pos pemeriksaan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada Minggu (8/12). Israel mengatakan perjanjian gencatan senjata yang telah berumur satu dekade telah gagal dan pasukan Suriah telah meninggalkan posisi mereka setelah jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
(tim/wanita)