Jakarta, CNN Indonesia —
Israel disebut-sebut diam-diam bergembira dengan runtuhnya rezim Presiden Suriah Bashar Assad.
Trita Passi, direktur senior Institute for Responsible Statecraft di Quincy, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Israel mungkin puas dengan situasi saat ini di Suriah.
“Di satu sisi, akan sangat baik bagi mereka untuk melakukan pukulan besar terhadap Iran, terhadap masuknya Iran ke Lebanon, terhadap seluruh Poros. Namun di sisi lain, apa yang akan terjadi?” Al Jazeera mengutip pernyataan Passi Forum Doha.
Passi mengatakan, dulu pemerintah Israel lebih memilih Assad daripada oposisi karena pemerintahannya tidak mengancam Israel.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, “niat Israel menjadi jelas.”
Passi tidak menjelaskan secara rinci apa yang dianggap Israel sebagai tindakan tersebut. Dia hanya menambahkan bahwa situasi ini tidak diinginkan bagi Israel.
“Jelas, mereka mengambil keuntungan dari (jatuhnya Assad) karena mereka memasang penghalang. Pemerintah baru Suriah mengeluhkan hal itu,” kata Passi.
Passi juga mengatakan bahwa kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), pemimpin revolusi Suriah, saat ini tidak menerima dukungan Palestina.
Sebab HTS bertindak seolah-olah isu Palestina bukanlah isu terpenting yang mendorong pembangunan di Timur Tengah.
“Saya merasa sangat terkejut bahwa pemerintahan baru Suriah tiba-tiba berpura-pura bahwa masalah Palestina bukanlah salah satu masalah terpenting dalam pemerintahan di seluruh Timur Tengah.”
Presiden Suriah Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak pada Minggu (8/12). Pemberontak yang dipimpin HTS merebut Damaskus dengan serangan kilat sampai Assad melarikan diri ke Rusia.
Kudeta ini sangat mengejutkan karena terjadi begitu cepat, kurang dari 10 hari. Hanya butuh waktu seminggu bagi kelompok pemberontak untuk merebut wilayah yang dikuasai rezim Assad.
Kudeta ini sebenarnya terjadi lebih dari sepuluh tahun lalu. Suriah telah menderita perang saudara dalam 13 tahun sejak Assad berkuasa.
Sedangkan pemerintahan Suriah akan dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Mohammad Ghazi Jalali. HTS menunjuk Al Jalali untuk mengawasi operasional lembaga negara dan dunia usaha hingga masa transisi pemerintahan baru selesai. (isa/bac)