Jakarta, CNN Indonesia —
Bank Indonesia (BI) akan meningkatkan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) bagi perbankan menjadi Rp 39 triliun pada Januari 2025.
Stimulus makroprudensial merupakan stimulus yang diberikan bank sentral berupa relaksasi Giro Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah. Insentif ini ditujukan bagi bank yang mengalokasikan kredit/pembiayaan pada sektor tertentu.
Sektor prioritas penyaluran kredit adalah mineral dan nominal (pertanian, peternakan dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, serta pembiayaan inklusif (UMKM, KUR dan Ultra Mikro/UMi) dan hijau. pembiayaan.
Dengan demikian, tambahan insentif likuiditas makroprudensial dapat mendukung penyaluran kredit perbankan.
“Kami mencoba melakukan simulasi, dimana informasinya kami memperkirakan total insentif likuiditas yang diterima perbankan sebesar Rp 290 triliun,” kata Deputi Gubernur BI Juda Agung dalam konferensi pers, Rabu (18/12).
Oleh karena itu, tambahan likuiditas dari Rp251 triliun yang diterima perbankan pada Desember (2024) meningkat dari Rp39 triliun menjadi Rp251 (triliun) menjadi Rp290 triliun, tambahnya.
Manfaat tersebut kemudian diperluas ke 124 bank yang terdiri dari bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bank umum swasta nasional (BUSN), Badan Pembina Perdesaan (BPD) dan afiliasi asing (KCBA).
Ia merinci, lima bank pemerintah mendapat Rp126 triliun, 73 BUSN mendapat Rp129 triliun, 39 bank BPD mendapat Rp30 triliun, dan tujuh bank KCBA mendapat Rp4,9 triliun.
Artinya semua bank akan menerima. Beda dengan yang lama, semua bank akan menerima karena sektornya seperti perdagangan, kreditnya banyak. Jadi totalnya semua bank akan mendapat Rp 290 triliun, katanya. dia menjelaskan.
(del/agt)