Yogyakarta, CNN Indonesia –
Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca buruk di beberapa DAS pada masa transit Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
Kepala BMKG Dvikorita Karnavati mengatakan cuaca terburuk berpotensi melanda sebagian Samudera Hindia pada puncak arus masuk Nataru pada 21 dan 28 Desember 2024.
“Iya, khusus di Samudera Hindia harus hati-hati di Samudera Hindia, sebelah barat Sumatera, lalu selatan Selat Sanda, selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur harus hati-hati,” kata Dwikorita saat ditemui. UGM, Sleman, DIY, Kamis (19/12).
Mantan Rektor UGM ini mengatakan, situasi tersebut akan berlangsung hingga awal tahun depan.
Demi kenyamanan, keamanan, dan kelancaran mudik, Dvikorita mengimbau masyarakat terus menyebarkan informasi observasi cuaca BMKG melalui berbagai saluran media.
BMKG juga berkoordinasi dengan Dwikorita, lintas otoritas, kementerian terkait, BPNB, BPBD, dan pemerintah daerah agar informasi perkembangan cuaca lebih banyak menjangkau masyarakat luas. Selain itu, perlu juga diwujudkan langkah antisipatif dan mitigasi yang lebih tepat.
“Mohon terus dimonitor karena perkembangannya sangat dinamis dan cepat,” ujarnya.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengatakan, pemerintah berupaya mengurangi jumlah air hujan untuk mengurangi potensi bencana di masa transit Nataru.
Pratikno mengatakan, pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi bencana hidrologi pada periode Natal, dengan mempertimbangkan prakiraan BMKG mengenai kenaikan suhu air laut yang dapat memicu terjadinya badai petir di sejumlah wilayah.
Intinya kami pemerintah berupaya mengurangi curah hujan yang luar biasa deras di Tanah Air, kata Pratikna.
Pratikno mengatakan pemerintah berupaya melakukan hal tersebut melalui teknologi modifikasi iklim (TMC) agar lebih banyak hujan yang turun di wilayah laut sebelum awan masuk ke daratan.
Rencananya, rekayasa iklim dilakukan sebagai tindakan pencegahan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta Sulawesi Selatan.
“Tetapi lebih dari itu kami mohon kepada pemerintah daerah, makanya kami mengajak pemerintah daerah dan kabupaten kota untuk segera mengecek fisik infrastruktur. Pastikan tidak ada drainase, sekat drainase dan lain sebagainya,” tambah mantan rektor UGM itu.
Lebih lanjut, Prateekno menghimbau kepada seluruh pemangku kepentingan untuk mengevaluasi kesiapan Early Warning System (EWS) di setiap daerah. Kemudian mengerahkan jajaran relawan BPBD, TNI, Polri untuk melakukan sosialisasi mitigasi bencana.
“Nah, makanya kita upayakan untuk mengurangi (risiko bencana). Makanya kita antisipasi juga kemungkinan jalur nataro (transportasi), untuk menyeberang, kalau ombaknya besar, kita harapkan dan manfaatkan juga. kapal dan sebagainya, katanya.
(datang/DM)