Jakarta, CNN Indonesia –
Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck-soo berjanji untuk “membuat pemerintahan stabil” setelah pemerintah memilih untuk memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol.
Han Duck-soo akan menjabat sebagai presiden sementara hingga enam bulan setelah pemakzulan Yoon.
“Saya akan mengerahkan seluruh kekuatan dan upaya saya untuk membuat pemerintahan stabil,” kata Han, dikutip Guardian, Sabtu (14/12).
Peran Perdana Menteri Han Duck-soo sebagai presiden sementara akan dimulai segera setelah salinan keputusan dikirimkan kepada Yoon. Peristiwa masa lalu dalam sejarah modern Korea Selatan menunjukkan bahwa prosesnya memakan waktu setidaknya tiga jam.
Secara teori, Han harus bergantung pada kekuasaan Yoon, yaitu kekuasaannya untuk menjadi panglima tertinggi tentara Korea Selatan, mewakili rakyat internasional negara tersebut, mengeluarkan perintah eksekutif pada saat terjadi bencana atau konflik, mengangkat dan memberhentikan pejabat publik, dan memberikan pengampunan, di antara kekuatan lainnya.
Sejarah menunjukkan bahwa presiden Korea Selatan masih dapat menggunakan kekuasaan presiden untuk memveto beberapa rancangan undang-undang.
Yoon Suk Yeol akhirnya dimakzulkan dari jabatannya sebagai presiden Korea Selatan oleh pemerintah hari ini, Sabtu (14/12) pasca krisis militer.
Setelah melewati parlemen, kasus Yoon akan dibawa ke Pengadilan Korea (Korea). Prosesnya disebut memakan waktu lama.
Selama bekerja, pemerintah akan mempertahankan presiden.
Mahkamah Konstitusi Korea Selatan telah memutuskan bahwa dalam memutus suatu persidangan, setidaknya harus ada enam hakim yang memberikan suara.
Artinya 6 juri harus saling sepakat.
Pemakzulan Yoon dipicu oleh pemungutan suara di Majelis Nasional. Hasil tersebut diperoleh dari total 300 suara yang terdiri dari 204 anggota mendukung pemakzulan, 85 menolak, 3 tidak setuju, dan 8 suara salah.
Partai yang berkuasa, Partai Kekuatan Rakyat (PPP), juga memberikan suara menentang pemakzulan tersebut.
Pernyataan kontroversial tersebut mencakup tuduhan bahwa Yun secara langsung meminta petugas polisi untuk menutup Majelis Nasional dan mengganggu anggota parlemen. (Tim/DMI)