Jakarta, CNN Indonesia –
Ketua MPR Ahmad Muzani mendorong Polri untuk rutin melakukan asesmen psikologis terhadap anggota polisi yang membawa senjata api. Dorongan ini disampaikan menyusul meningkatnya penembakan polisi belakangan ini.
Beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini antara lain kasus penembakan polisi terhadap petugas polisi di Solok Selatan, serta penembakan polisi terhadap siswa SMK di Semarang.
“Ya, mungkin perlu dilakukan penilaian berkala dalam jangka waktu tertentu,” kata Muzani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/11).
Muzani menilai penilaian tersebut perlu dilakukan karena kondisi psikologis setiap anggota polisi yang membawa senjata selalu berubah karena faktor tertentu.
Meski begitu, politikus Partai Gerindra ini percaya penuh kepada Polri terkait masa kontrol psikologis aparat kepolisian.
“Karena sikap psikologis orang selalu berubah, menurut saya itulah perubahannya,” katanya.
“Kapan Polri (pemeriksaan psikologis) tahu kapan frekuensinya, apakah setahun sekali atau seberapa sering, saya tidak mengerti,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Muzani menyampaikan belasungkawa atas kasus penembakan yang dilakukan polisi terhadap anggota polisi lainnya dan yang dilakukan polisi terhadap siswa SMK di Semarang.
Sebelumnya, dalam kasus penembakan polisi, anggota polisi anumerta Ulil Riyanto Anshari tewas ditembak Kapolsek AKP Dadang Iskandar di Mapolres Solok Selatan, Jumat (22/11).
Kini, Dadang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditangkap. Dia dijerat pasal 340 KUHP, pasal 338 subsider KUHP, dan pasal 351 KUHP nomor 3 yang mengatur ancaman hukuman mati.
Baru-baru ini, Bripka R menembak mati seorang siswa di SMKN 4 Semarang berinisial GRO (16). Selain GRO tewas, dua rekannya mengalami luka-luka.
Kapolres Semarang Kompol Irwan Anwar mengatakan, Bripka R melepaskan tembakan saat ingin melerai perkelahian. (mab/kristen)