Surabaya, CNN Indonesia —
BPBD Jawa Timur dan BMKG telah mencanangkan Operasi Perubahan Iklim (OMC) untuk menghadapi potensi ancaman bencana hidrometeorologi di Jawa Timur.
Operasi perubahan iklim ini telah selesai dilakukan sejak Kamis malam (18/12), dan rencananya akan dilakukan selama lima hari ke depan dengan pesawat Cesna Karavan 208B bernomor registrasi PKSNN.
“Hari ini kegiatan OMC hanya bisa dilakukan satu kali saja. Apalagi kegiatan ini rencananya berlangsung selama lima hari,” demikian BPBD Jatim Kalaksa Gatot Soebroto, Kamis (19/12).
Sebanyak 1 ton garam (NaCl) atau kalsium klorida (CaCl2) dilarutkan dalam air Madura oleh OMC Group.
Gatot dan Kepala Stasiun BMKG Juanda Taufiq Hermawan melakukan supervisi langsung pelaksanaan OMC ini di Komando OMC di Kantor BMKG Juanda.
“Eh, kegiatan OMC ini bisa mengurangi dampak cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Jatim pada minggu depan,” ujarnya.
Taufiq Hermawan menambahkan, dalam pelaksanaan OMC ini, BMKG mendukung data perkembangan potensi awan yang akan diangkut di daratan Jawa Timur.
Potensi awan inilah yang akan menjadi sasaran operasi OMC dengan membuat garam dengan pesawat yang telah disiapkan.
“Dengan teknologi ini, aliran air hujan berkurang. Oleh karena itu, diharapkan hujan tidak turun ke wilayah timur Jawa dan dapat mencegah banjir dan bencana lainnya.”
Sedangkan berdasarkan data Pos Komando OMC, dalam sehari operasi OMC dapat dilakukan antara 5 hingga 6 jenis, operasi ini dapat berlangsung selama 1,5 hingga 2 jam.
Untuk kondisi cuaca maksimal
BMKG sudah memperingatkan adanya cuaca buruk di Jawa Timur akibat ketidakpastian iklim global saat ini.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan fenomena La Nina yang ditandai dengan mendinginnya suhu air permukaan di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menyebabkan peningkatan awan hujan. Situasi ini menyebabkan curah hujan meningkat di banyak tempat di Jawa Timur.
Selain La Nina, BMKG juga mempertimbangkan pengaruh Monsun Asia, gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang Kelvin dan Rossby ekuator. Peristiwa tersebut meningkatkan intensitas hujan di wilayah Laut Natuna, Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Dalam keterangan resminya, Dwikorita mengatakan, Rabu (18/12): “Intensitas hujan diperkirakan meningkat signifikan pada 21 Desember, dan sedikit menurun pada 22-23 Desember sebelum kembali meningkat pada 24 Desember.”
Cuaca terburuk diperkirakan terjadi pada Desember 2024 hingga Januari 2025, dengan intensitas curah hujan yang meningkat jelang libur Natal dan Tahun Baru.
BMKG memperkirakan hujan lebat disertai angin kencang akan melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur yakni Bangkalan, Bondowoso, Gresik, dan Banyuwangi dalam tujuh hari ke depan (frd/dmi)