Jakarta, CNN Indonesia —
Anggota panitia mengatakan pameran “Kebangkitan: Tempat Kedaulatan Pangan” dibatalkan beberapa jam sebelum pembukaannya.
Pembatalan dilakukan karena seniman dan kurator pameran tidak sepakat mengenai beberapa lukisan. Kurator meminta lima dari 30 lukisan tersebut disingkirkan, namun Joss menolak dan pameran dibatalkan.
Bonny menilai pembatalan yang dilakukan lembaga di bawah Kementerian Kebudayaan itu bisa menjadi preseden buruk bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Negara harus menjamin kebebasan berekspresi para seniman. Sensor terhadap karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini bisa menjadi preseden buruk bagi pemerintahan Prabowo Subianto, kata Bonny, Sabtu (21/12) melalui keterangan tertulis.
Bonnie berpendapat bahwa pemerintah harus memberikan ruang bagi seniman dan masyarakat untuk mengekspresikan diri melalui seni, bukannya ikut campur tangan.
“Negara harus bisa memberikan ruang bagi masyarakat, seniman, dan kurator untuk berdiskusi kritis dengan masyarakat. Jadi jangan alergi atau ikut campur,” jelas Bonnie.
Bonnie, sebaliknya, memandang wajar jika karya seni digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan kritik. Namun seni tidak boleh dilihat dari sudut pandang kuda, katanya.
“Karena karya seni biasanya mempunyai media kritik masyarakat, dan karena seni itu multitafsir, berbahaya kalau dilihat hanya dari satu sudut pandang,” jelas Bonnie.
“Seniman berhak menciptakan karya sesuai temanya sendiri dan tidak menimbulkan bencana politik,” lanjutnya.
Selain itu, Bonny juga meminta pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap pengelolaan ruang pesan publik. Ia mengatakan kebebasan berekspresi penting bagi perkembangan demokrasi Indonesia.
“Agar negara Indonesia menjadi negara demokrasi yang matang, kebebasan berekspresi dan kebebasan berpendapat harus menjadi milik masyarakat lokal,” kata Bonny.
Kurator pameran, Svarno Visetrotmo, angkat bicara mengenai situasi di Galeri Nasional.
Dalam keterangan tertulisnya, Suvarno mengatakan ada dua karya yang mencerminkan opini pribadi sang seniman mengenai praktik kekuasaan: Kebangkitan: Tempat Kemerdekaan.
“Saya mengatakan kepada seniman bahwa karya ini tidak sejalan dengan tema kuratorial dan dapat mengalihkan fokus pesan pameran yang sangat kuat dan positif,” kata Svarno.
“Kedua karya ini ‘terdengar’ seperti makian, dan menurut saya sangat vulgar sehingga kehilangan metafora yang merupakan salah satu kekuatan utama seni dalam menyampaikan visi,” lanjutnya.
Pada saat yang sama, Galeri Nasional mengeluarkan pernyataan resmi di media sosial yang menyatakan bahwa pameran terpaksa ditunda karena masalah teknis yang tidak dapat dihindari. Padahal, pameran tersebut akan digelar selama satu bulan mulai 20 Desember 2024.
Galeri Nasional mengaku memahami perasaan kecewa yang mungkin timbul akibat langkah tersebut. Lembaga kebudayaan kemudian meminta maaf kepada semua orang yang terlibat atas tindakan mendadak tersebut.
Promosi pameran seniman ternama pun konon sudah dipertimbangkan matang-matang. Pak Garnas juga berjanji akan menghubungi Pak Jos Suprapt untuk mencari solusi terbaik. (Mab/Kuri)