Jakarta, CNN Indonesia —
Sekretaris Koordinator Hukum dan Hak Asasi Manusia Imipas Yusril Ihza Mahendra mengatakan Presiden Filipina Ferdinand Bongbong Marcos Jr akan memberikan pengampunan kepada narapidana kasus narkoba Mary Jane Veloso.
Yusril mengaku, pemerintah sudah mendapat informasi dari otoritas Filipina bahwa Mary Jane akan diampuni setelah proses pemindahan narapidana dari Indonesia selesai.
“Kami mendapat informasi bahwa Presiden Filipina Marcos menggunakan kekuasaannya,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (12 November).
“Kami juga mendengar Presiden Marcos akan mengubah status hukuman mati MJ menjadi penjara seumur hidup,” imbuhnya.
Namun menurut Yusril, tidak akan ada amnesti selama Mary Jane berada dalam tahanan pemerintah Indonesia.
Dia menjelaskan, proses pergantian tersebut baru akan dilakukan pemerintah Filipina setelah proses penyerahan tanggung jawab pelatihan para narapidana selesai.
Meski demikian, Yusril mengatakan ke depan, pemerintah Filipina wajib melaporkan segala perkembangan kasus Mary Jane.
“Kami masih mempunyai kemampuan untuk memantau apa yang terjadi pada para tahanan yang dipulangkan melalui kedutaan kami di Manila,” katanya.
“Saya pikir pemerintah Filipina, melalui Departemen Luar Negeri, mempunyai kewajiban untuk memberikan kami informasi tentang apa yang terjadi pada para tahanan yang kembali,” tambahnya.
Sebelumnya, Yusril telah menandatangani kesepakatan untuk mengekstradisi penjahat narkoba Mary Jane Veloso ke Filipina paling lambat Natal 2024.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada Jumat (12 Juni) saat pertemuan dengan Wakil Menteri Kehakiman Filipina Raul Vasquez di Kantor Kementerian Koordinator Hukum dan Hak Asasi Manusia di Imipas, Jakarta.
Dengan adanya dokumen tersebut, pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak memberikan pengampunan kepada Mary Jane, namun setuju untuk memulangkannya ke Filipina. Yusril dan Raul sepakat memulangkan Mary Jane sebelum Natal atau pada 25 Desember 2024.
“Kami tidak memberikan amnesti atau belas kasihan kepada terpidana [Mary Jane. Namun, kami sepakat untuk mengirimnya kembali ke Filipina.” (tfq/gil)