Jakarta, CNN Indonesia –
Minyak mentah melemah tipis pada perdagangan Selasa (10/12) setelah menguat 1% kemarin.
Namun, situasi di Suriah pasca penggulingan Presiden Bashar al-Assad oleh pemberontak, serta kebijakan fiskal Tiongkok, telah mencegah penurunan inflasi secara signifikan.
Minyak mentah Brent turun 13 sen, atau sekitar 0,2 persen, menjadi $72,01. Sedangkan harga Amerika
Meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, negara ini berlokasi strategis dan memiliki hubungan kuat dengan produsen minyak OPEC+, Rusia dan Iran.
Perubahan rezim di Suriah akan meningkatkan ketidakstabilan regional. Risiko-risiko ini membuat harga minyak tidak ‘turun’.
“Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah runtuhnya pemerintahan Suriah telah menambah sedikit kekhawatiran terhadap harga minyak mentah,” lapor Reuters.
Harga minyak juga didukung oleh laporan bahwa Tiongkok akan menerapkan kebijakan moneter yang tidak adil pada tahun depan. Pelonggaran tersebut diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara importir minyak terbesar dunia tersebut.
Selain itu, inflasi harga konsumen Tiongkok turun ke level terendah di bulan November, mengurangi sentimen investor. Para analis memperkirakan harga minyak mentah akan mendapat manfaat dari stimulus fiskal Tiongkok.
“Saya pikir pelemahan pagi ini dipandang sebagai peluang pembelian yang baik,” kata analis IG Tony Sycamore.
(PTA/PTA)