Jakarta, CNN Indonesia —
Hizbullah Lebanon menyelenggarakan pemakaman resmi mendiang Hasan Nasrallah setelah mereka resmi melakukan gencatan senjata dengan Israel pada Rabu (27/11).
Wakil ketua dewan politik Hizbullah, Mahmoud Kamati, mengatakan bahwa partainya saat ini sedang mempersiapkan pemakaman yang “luar biasa, kuat, resmi dan politis” untuk mantan pemimpin tersebut.
“Hari ini kami sedang mempersiapkan pemakaman yang luar biasa, kekuasaan, publik, resmi dan politis,” kata Kamati pada Rabu (27/11), demikian kutipan Middle East Monitor (MEMO).
Kamati menyatakan, persiapan pemakaman resmi Nasrallah kini sedang dilakukan karena Hizbullah sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal secara bermartabat.
“Kami menunda pemakaman Yang Terhormat Sekretaris Jenderal untuk mempersiapkan perpisahan bermartabat yang menunjukkan semangat dan kemartirannya, serta rekannya, Syed Hashem [Safieddin],” kata Kamati.
Hassan Nasrallah terbunuh pada tanggal 27 September dalam serangan Israel terhadap markas komando tinggi Hizbullah di bagian selatan Beirut, ibu kota Lebanon.
Beberapa hari setelah membunuh Nasrallah, saudara laki-laki Nasrallah, Hashem Safieddin, tewas dalam serangan Israel di daerah tersebut. Bahkan, beredar rumor Safieddin akan menggantikan Nasrallah sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah.
Sebelumnya diberitakan, Nasrallah dimakamkan sementara di tempat rahasia. Selain itu, tempat pemakaman resminya juga menimbulkan kontroversi, yakni Irak, Iran, atau Lebanon.
Sumber yang dekat dengan Hizbullah juga mengatakan pemakaman Nasrallah akan digelar di Lebanon.
Menurut anggota parlemen Lebanon dari Hizbullah, Ibrahim Al-Mousavi, persiapan pemakaman Nasrallah telah selesai dan akan digelar pada waktu yang tepat.
“Saya yakin bahwa hari dan waktu yang tepat akan segera dipilih untuk perayaan ini, Anda akan menyaksikan prosesi besar yang akan dilakukan masyarakat negeri ini untuk menghormati syahid masyarakat Hassan Nasrallah,” ujarnya.
Pada Rabu (27/11), Israel dan Hizbullah menyetujui gencatan senjata selama 60 hari. Gencatan senjata tersebut dilaksanakan menyusul intervensi Amerika Serikat dan Prancis.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Israel secara bertahap akan menarik pasukannya ke selatan “garis biru” dan tentara Lebanon akan mengerahkan pasukannya di Lebanon selatan untuk memastikan efektivitas gencatan senjata.
Lebih dari 3.800 orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon, sementara lebih dari 1 juta orang kehilangan tempat tinggal sejak Oktober lalu.
(blk/DNA)