Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Republik Rakyat Tiongkok Puan Maharani memperingatkan pemerintah akan dampak negatif terhadap masyarakat setelah pajak pertambahan nilai (PPN) naik menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025.
Pawan mengaku memahami niat pemerintah agar kenaikan pajak pertambahan nilai dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi defisit anggaran. Namun di sisi lain, kebijakan ini dapat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Dalam keterangannya, Kamis (19/12/19), Pawan mengatakan: “Kami memahami tujuan kenaikan PPN untuk meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi defisit anggaran. Namun, pemerintah harus mempertimbangkan implikasi dari kebijakan ini. Ayo perhatikan. .” .
Menurut Powan, para ahli mengungkapkan kenaikan pajak pertambahan nilai akan menimbulkan serangkaian permasalahan perekonomian. Hal serupa juga terjadi pada kenaikan pajak pertambahan nilai pada tahun-tahun sebelumnya seperti tahun 2022.
Dampaknya salah satunya akan terasa pada sektor konsumsi rumah tangga, khususnya bagi kelompok berpendapatan rendah dan menengah. Menurut dia, kenaikan tarif pajak pertambahan nilai menyebabkan inflasi pada konsumsi sehari-hari seperti pakaian, alat kebersihan, dan obat-obatan.
“Dampaknya terhadap masyarakat terjadi ketika produsen dan pelaku usaha menaikkan harga produknya terlebih dahulu sehingga semakin meningkatkan inflasi,” kata Pawan. Ini adalah sesuatu yang diharapkan.
Berdasarkan simulasi Center for Economic and Legal Studies (Celios), Puan mengungkapkan, kelas menengah diperkirakan akan mengalami tambahan biaya hingga Rp354.293 per bulan atau Rp4,2 juta per tahun akibat kenaikan PPN. .
Sementara itu, keluarga miskin diperkirakan akan menanggung kenaikan biaya hingga Rp 101.880 per bulan atau Rp 1,2 juta per tahun, dan kelompok rentan diperkirakan akan menanggung biaya tambahan sebesar Rp 153.871 per bulan.
Meski ada insentif pemerintah bagi kelompok rentan, Pawan mendesak pemerintah menyiapkan solusi jangka panjang.
Pawan mengatakan, “Dengan dinamika perekonomian saat ini, banyak masyarakat yang sudah tertekan. Tak sedikit dari mereka yang mencari pinjaman online (Panjul) dengan bunga yang tidak masuk akal. Kami berharap ada tambahan tekanan finansial dari masyarakat. .” . (thr/fra)